***

***

Ads

Kamis, 29 Desember 2016

Dewi Maut Jilid 054

Giok Keng menjerit dan menubruk suaminya, Lie Kong Tek memaksa tersenyum dan memandang isterinya.

“Giok Keng... semua noda tercuci oleh darahku... kau rawatlah... Seng-ji dan Ciauw Si...”

Laki-laki yang gagah perkasa yang usianya baru empat puluh tahun kurang itu memejamkan mata dan kepalanya terkulai di atas pangkuan isterinya, Giok Keng menjerit dan terguling pingsan di atas mayat suaminya!

Sunyi sekali di situ untuk beberapa saat. Sie Biauw Eng masih pingsan di dalam pelukan suaminya. Giok Keng pingsan di atas mayat suaminya. Semua orang memandang dengan mata terbelalak dan menahan napas, Khiu-ma terisak menangis. Sunyi sekali, kesunyian yang mencekik leher. Kemudian terdengar suara Cia Keng Hong, lemah dan gemetar bercampur isak tertahan.

“Apakah kalian berdua sudah puas sekarang...?”

Kun Liong menjatuhkan dirinya berlutut dan dengan suara penuh penyesalan dia berkata,

“Supek... teecu menyesal sekali, teecu yang menyebabkan semua ini terjadi, tecu telah tertimpa malapetaka dan kini teecu menyeret supek sekeluarga ikut menderita pula...”

“Yap Kun Liong, aku tidak bisa menyalahkan engkau. Selama orang menuruti nafsu hati sendiri, timbullah sebab dan akibat yang saling berkait dan tiada berkeputusan. Memang kita semua sedang dilanda kemalangan. Baru beberapa hari saja delapan orang murid dibunuh orang dan pedang pusaka Siang-bhok-kiam dicuri, terjadi ketika kami mengunjungimu. Sekarang, isterimu dibunuh orang dan... suaami Giok Keng menebus dengan nyawanya. Ya Tuhan, dosa apa gerangan yang kita lakukan semua...?”

“Supek...”

Kun Liong terkejut sekali dan makin menyesal dia mengapa terjadi peristiwa yang demikian hebatnya. Semestinya dia mencegah mertuanya melakukan kekerasan seperti ini. Giok Keng telah kematian suaminya, dan biarpun demikian, tetap saja Hong Ing tidak akan hidup kembali!

Sungguh kematian Lie Kong Tek itu amat sia-sia dan dia merasa menyesal sekali. Semua peristiwa mengerikan sakarang ini hanya menjadi hasil dari pemikiran yang penuh dengan kemarahan dan dendam, dan kebencian, sehingga tentu saja menghasilkan hal yang amat buruk. Dia sendiri masih tetap sangsi apakah benar Giok Keng yang membunuh isterinya. Kalau tidak demikian, bukankah perbuatannya ini sama dengan menyebabkan kematian suami Giok Keng! Sama dengan dia sendiri yang membunuh Lie Kong Tek?

Dalam saat pendek itu, setelah menyaksikan kematian Lie Kong Tek, melihat Giok Keng pingsan di atas mayat suaminya, melihat supekbonya pingsan dalam rangkulan supeknya yang wajahnya menjadi pucat, matanya sayu dan dilanda tekanan batin yang amat besar itu, seakan-akan terbukalah mata batin Kun Liong.






Peristiwa kematian Hong Ing, adalah suatu kejadian yang tak dapat dirobah oleh apapun juga. Isterinya telah mati. Ini merupakan suatu kenyataan. Pikirannya yang mengacau perasaan hatinya membuat dia berduka. Kedukaan mengeruhkan batin, menimbulkan kemarahan dan dendam kebencian, lebih-lebih lagi dengan datangnya Kok Beng Lama sehingga menimbulkan pula tindakan kekerasan yang dilakukan mereka terhadap Giok Keng. Maka terjadilah bunuh diri dari Lie Kong Tek dan akibat ini tentu akan menjadi sebab dari peristiwa lain yang akan berekor panjang. Dia menyesal sekali!

“Supek, kematian saudara Lie Kong Tek adalah karena kecerobohan teeCu...”

Cia Keng Hong menggeleng kepalanya.
“Yang sudah terjadi tak dapat dirobah lagi, Kun Liong. Biarpun agaknya bukan tangan Giok Keng yang membunuh isterimu, akan tetapi kiranya sama saja, kematian isterimupun mungkin karena kecerobohan Giok Keng. Penyesalan tiada gunanya. Giok Keng sudah melakukan kesalahan besar dan dia kini menanggung akibatnya...”

Seperti tertikam rasa ulu hati Kun Liong mendengar ucapan yang keluar dengan suara penuh duka dan kesabaran itu. Kematian isterinya mungkin juga disebabkan oleh penyelewengan dalam kehidupannya dan seperti ada penerangan memasuki otaknya!

Hong Ing kiranya tidak akan bertempur melawan Giok Keng kalau saja isterinya itu tidak marah mendengar Giok Keng membuka rahasia Mei Lan, dan kalau tidak bertempur melawan Giok Keng, isterinya tidak akan pingsan sehingga mudah saja dibunuh orang!

Jadi penyebabnya adalah karena adanya Mei Lan di situ, dan Mei Lan adalah hasil dari hubungan gelapnya dengan ibu kandung anak itu, yaitu Lim Hwi Sian (baca cerita Petualang Asmara)! Kalau tidak ada Mei Lan, kalau tidak pernah terjadi perbuatannya yang menyeleweng dengan Hwi Sian, agaknya belum tentu kalau isterinya tercinta itu dibunuh orang!

Inikah yang dinamakan hukum karma? Semua sebab akibat sesungguhnya adalah hasil dari perbuatannya sendiri! Yang penting setiap saat sadar akan segala gerak-gerik diri pribadi lahir batin, bukan membiarkan diri terseret ke dalam lingkaran setan berupa sebab dan akibat!

“Supek benar sekali! Biarlah teecu siap untuk menanggung segala yang akan terjadi... harap supek maklum bahwa sebaiknya teecu dan gak-hu mohon diri dan pergi dari sini sekarang juga.”

Cia Keng Hong memandang kepada isterinya dan kepada puterinya yang masih pingsan, lalu mengangguk.

“Kurasa sebaiknya begitulah, Kun Liong.” Dan kepada Kok Beng Lama ketua Cin-ling-pai itu berkata. “Selamat jalan, losuhu, dan harap maafkan saja penyambutan kami yang begini tidak menyenangkan atas kunjungan losuhu.”

Pendeta gundul itu sejak tadi termenung dan memandang kepada mayat Lie Kong Tek, hanya mendengarkan percakapan mereka dan kelihatan seperti orang linglung. Mendengar ucapan Cia Keng Hong, dia lalu berkata, suaranya seperti orang yang hendak menangis,

“Sambutanmu baik sekali, taihiap, terlalu baik malah! Anakku mati, dan di sini aku malakukan dosa besar. Hong Ing, ayahmu telah menjadi gila...!”

Setelah berkata demikian, tanpa pamit lagi pendeta itu berkelebat dan lenyap dari tempat itu.

Cia Kong Hong menghela napas panjang dan hanya mengangguk ketika Kun Liong berpamit dan memandang pendekar itu pergi diikuti oleh dua orang pelayannya. Pikiran pendekar sakti ini melayang-layang. Betapa sayang dia kepada Kun Liong, betapa kagum dan suka dia kepada pendekar itu yang dahulu ingin sekali dia ambil menjadi mantunya, menjadi suami Giok Keng.

Akan tetapi, kalau pemuda itu mau memenuhi permintaannya, adalah Giok Keng yang tidak setuju dan puterinya itu akhirnya menikah dengan seorang pria lain, pilihannya sendiri, yaitu Lie Kong Tek. Dan sekarang, putrinya menimbulkan gara-gara, menyebabkan kematian isteri Kun Liong dan peristiwa ini disusul pula dengan kematian suami Giok Keng. Mengapa di antara kedua orang yang dahulu dia inginkan menjadi jodoh masing-masing itu kini nampaknya seolah-olah selalu timbul pertentangan di antara mereka?

“Keng-ji... mana anakku...?”

Sie Biauw Eng sudah siuman begitu dia sadar, dia segera mencari-cari Giok Keng dengan pandang matanya. Ketika melihat Giok Keng menggeletak pingsan di atas mayat suaminya, dia menjerit dan menubruk.

“Giok Keng...! Eh, mantuku... apa yang terjadi...?”

Sie Biauw Eng memeriksa dan melihat bahwa Giok Keng tidak apa-apa, hanya pingsan, akan tetapi Lie Kong Tek telah tewas dengan pedang menancap di dada menembus punggung. Dia mencelat ke depan suaminya dan memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak.

“Apa yang terjadi? Kenapa Kong Tek mati? Dan mana iblis-iblis keparat tadi?” Matanya jelalatan ke kanan kiri seperti mata orang gila.

Cia Keng Hong menahan kegetiran hatinya dan dia cepat bangkit dan memeluk isterinya dengan penuh kasih sayang. Betapa isterinya yang tercinta ini di hari tuanya mengalami kegoncangan batin yang demikian hebat!

“Tenanglah, isteriku. Tenanglah, segala telah terjadi dan tidak dapat dirobah lagi oleh kegelisahan dan kegoncangan kita. Giok Keng tidak apa-apa, akan tetapi suaminya telah mengambil keputusanan pendek, mewakili isterinya dan membunuh diri untuk menebus dosa isterinya.”

“Ohhh...! Si keparat Kun Liong! Iblis tua Kok Beng Lama! Dimana mereka? Biar aku mengadu nyawa dengan mereka!”

Sie Biauw Eng menjerit-jerit, akan tetapi suaminya merangkulnya, dan mendekapnya, sambil berbisik-bisik menghibur.

“Biauw Eng... isteriku... apakah setelah tua engkau malah tidak mau tunduk kepadaku...?”

Mendengar bisikan suaminya ini, lemaslah seluruh tubuh Sie Biauw Eng dan dia menangis di dalam pelukan suaminya. Akan tetapi mendengar penjelasan suaminya yang dilakukan dengan sabar sambil berbisik-bisik, dia mulai dapat melihat kenyataan dan mulai sadar bahwa betapapun juga, Kun Liong yang menerima pukulan batin hebat, karena isterinya mati dibunuh orang itu sama sekali tidak dapat dipersalahkan dan betapapun juga, Giok Keng telah melakukan kesalahan sehingga mengakibatkan puteri Kun Liong melarikan diri dan isterinya dalam keadaan pingsan terpukul oleh Giok Keng telah dibunuh orang!

Maka dalam keadaan sadar ini Sie Biauw Eng sambil bercucuran air mata dapat menghibur Giok Keng ketika isteri ini siuman dan menangis sesenggukan, menangisi kematian suaminya yang mengorbankan diri untuk mewakilinya menebus dosa!

Cia Keng Hong mengumpulkan semua anggauta Cin-ling-pai dan dengan suara keren dan memperingatkan semua anak buah Cin-ling-pai untuk merahasiakan apa yang telah terjadi di Cin-ling-san pada hari itu dan hanya mengabarkan bahwa mantu ketua Cin-ling-pai telah meninggal dunia karena menderita sakit.

Para anak buah Cin-ling-pai memang tidak ada yang melihat bagaimana matinya Lie Kong Tek, akan tetapi karena mereka melihat bahwa pada waktu itu Cin-ling-pai kedatangan pendekar Yap Kun Liong dan Kok Beng Lama bersama dua orang pelayan dari Leng-kok, diam-diam mereka menduga bahwa kematian mantu ketua mereka tentunya ada hubungannya dengan para tamu itu!

Akan tetapi mereka tidak berani menduga sembarangan dan semua menutup mulut setelah menerima pesan dan peringatan keras dari ketua mereka.

Untuk kedua kalinya selama beberapa pekan saja, Cin-ling-pai berkabung dan jenazah Lie Kong Tek dikubur di lereng Gunung Cin-ling-san, dihadiri oleh para penduduk di sekitar pegunungan itu.

Cia Giok Keng kelihatan tenang-tenang saja dan sudah tidak banyak menangis lagi, akan tetapi wajahnya agak pucat, sinar matanya sayu dan muram, rambutnya agak awut-awutan dan kering, pakaian berkabung berwarna putih itu menambah kemuraman wajahnya.

**** 054 ****
Dewi Maut







Tidak ada komentar: