***

***

Ads

Senin, 13 Februari 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 040

Lan Lan menjawab sambil menggeleng kepala, suaranya tidak jelas,
“Tidak tahu... tidak ada she Cia...”

Kim Hong Liu-nio berpaling kepada Lin Lin, yang menundukkan muka.
“Dan kau, nona cilik, tahukah kau siapa orang she Cia disini?”

Lin Lin mengangkat muka memandang wanita itu, lalu menunduk kembali dan menjawab,

“Tidak tahu, tidak ada she Cia.”

Kim Hong Liu-nio terus memutar tubuhnya. Di samping Lin Lin berdiri Sin Liong akan tetapi dia tidak bertanya kepada anak itu. Percuma saja, pikirnya, dan anak ini agaknya tidak disayang oleh suami isteri itu maka tidak ada harganya bagi dia. Dipandangnya Beng Sin dan bertanyalah dia kembali,

“Kau, bocah gemuk. Siapa orang she Cia disini?”

“Tidak tahu! Tidak tahu! Tidak ada orang she Cia!” Beng Sin menjawab gagap dan tegas, lalu menundukkan mukanya.

Kini tiba giliran Siong Bu, Sin Liong yang sejak tadi terus mengikuti gerak-gerik wanita itu, kini ikut pula memandang kepada Siong Bu dan jantungnya berdebar penuh dugaan ketika mendengar wanita itu bertanya.

“Sekarang engkau, yang tadi kudengar suaramu, hayo katakan siapakah orang she Cia disini?”

Siong Bu mengangkat muka memandang, lalu menoleh kepada yang lain, akan tetapi dia melewati muka Sin Liong, lalu menggeleng kepala,

“Aku tidak tahu. Disini tidak ada orang she Cia!”

Setelah berkata demikian, cepat dia menundukkan muka pula agar jangan sampai menoleh kepada Sin Liong.

Kembali Sin Liong merasa terharu. Baru sekarang dia melihat kenyataan bahwa betapapun juga, keluarga ini tidak rela melihat dia terancam bahaya maut dan hal ini mendatangkan perasaan sedemikian gembira dan lega di dalam dadanya sehingga dia agak tersenyum dan wajahnya berseri-seri, rasa nyeri di punggungnya lenyap tak terasakan lagi!

Keadaan menjadi makin menegangkan dan Hok Boan bersama isterinya sudah siap untuk menghadapi segala kemungkinan kalau-kalau wanita itu akan memperlihatkan kemarahan dan kekecewaannya karena semua keluarga itu menjawab tidak tahu.

Akan tetapi, wanita cantik itu tersenyum! Tersenyum manis sekali, senyum yang amat mengherankan hati Hok Boan akan tetapi membuat bulu tengkuk Si Kwi meremang karena dia yang sejak dahulu sudah biasa bergaul dengan tokoh-tokoh golongan sesat yang berwatak aneh-aneh, sudah mengerti senyum yang mengerikan ini. Manis memang, mungkin memikat bagi hati pria, akan tetapi di balik senyum itu terkandung ancaman maut mengerikan.






Senyum itu melebar sehingga nampak sekilas pandang gigi putih kemilau di balik belahan bibir merah basah itu, lalu bibir itu bergerak-gerak dan berkatalah dia,

“Bagus sekali, agaknya memang harus ada seorang di antara kalian yang disiksa, baru kalian mau mengaku. Baik, anak manis ini tidak akan menjadi manis lagi kalau ujung hidungnya kupotong...!”

Cepat bagaikan kilat, tahu-tahu tangannya telah mencengkeram pundak Lan Lan dan diangkatnya tubuh anak itu ke atas. Lan Lan menjerit, Si Kwi dan Lin Lin juga menjerit.

“Akulah orang she Cia!” Tiba-tiba terdengar suara nyaring dan keras.

Semua orang terbelalak dan memandang kepada Sin Liong yang mengeluarkan kata-kata itu dengan suara lantang tadi. Anak ini berdiri dengan kedua kaki terpentang lebar, dada diangkat dan sepasang matanya memandang wajah Kim Hong Liu-nio dengan penuh kemarahan.

“Lepaskan dia, jangan ganggu orang-orang yang tidak bersalah. Akulah orang she Cia yang kau cari-cari!”

Perlahan-lahan tangan yang mencengkeram pundak Lan Lan itu mengendur sehingga tubuh Lan Lan terlepas dan terhuyung. Anak perempuan ini terisak dan cepat dirangkul ibunya.

Kim Hong Liu-nio kini memandang kepada Sin Liong dengan mata bersinar-sinar seperti kilat, penuh keheranan, kekagetan, dan juga kekaguman. Anak ini memang bukan anak biasa, pikirnya, ngeri juga menentang pandang mata yang mencorong seperti mata anak naga itu.

“Liong-ji...!”

Si Kwi berkata lirih dengan muka pucat sekali. Timbul niat di dalam hatinya untuk melindungi anak itu, anak kandungnya sendiri itu, dengan taruhan nyawa.

Sin Liong menoleh kepada Si Kwi dan agaknya dia maklum akan niat dari ibu angkatnya itu. Dia masih kecil akan tetapi dia tahu bahwa wanita iblis itu lihai bukan main dan baik ibu angkatnya maupun ayah angkatnya bukanlah tandingan wanita itu.

“Ibu, harap jangan mencampuri. Ibu hanyalah ibu angkatku, tidak perlu mempertaruhkan nyawa untuk aku.”

Setelah berkata demikian, dia lalu melangkah maju menghampiri Kim Hong Liu-nio dengan sikap gagah sekali sehingga Si Kwi terbelalak dan tengkuknya meremang karena sikap Sin Liong itu membuat dia teringat kepada Cia Bun Houw. Anak ini benar-benar Cia Bun Houw kecil! Sinar matanya itu, keberaniannya, dan kegagahannya!

Juga Kim Hong Liu-nio menjadi tertegun sehingga dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya terhadap anak kecil yang mengaku she Cia dan amat pemberani itu. Dan anak ini tadi dihajar oleh Kui Hok Boan, sedikitpun tidak mengeluh, bahkan dimintakan ampun oleh anak-anak lain!

“Benarkah engkau she Cia?”

Kim Hong Liu-nio bertanya, diam-diam merasa sayang kalau anak ini she Cia dan dia terpaksa harus membunuhnya. Dia kagum melihat keberanian anak ini.

“Seorang gagah tidak akan mengingkari perbuatannya dan aku melihat bahwa engkau adalah seorang wanita yang berkepandaian tinggi sehingga ibu dan ayah angkatku sendiri tidak mampu menandingimu!”

Sin Liong berkata dengan lantang, membuat ayah dan ibu angkatnya benar-benar merasa terkejut karena biasanya Sin Liong pendiam dan tidak banyak bicara.

“Maka engkau tentu mau mengatakan pula mengapa engkau mencari orang she Cia?”

“Akan kubunuh! Semua orang she Cia harus kubunuh!” jawab Kim Hong Liu-nio.

“Mengapa? Apa salahnya orang-orang she Cia?” tanya pula Sin Liong.

“Anak kecil mau mampus kau tahu apa! Bersiaplah untuk mampus!”

“Membunuh seorang anak kecil seperti aku tentu saja mudah bagimu dan perbuatanmu itu tidak akan mengharumkan namamu. Kau membunuh aku sama dengan aku membunuh seekor semut, perbuatan itu mana dapat dibanggakan? Kalau kau memang gagah berani, hayo kau hadapi ayahku dan juga she Cia, barulah seimbang!”

“Monyet kecil, siapa ayahmu?”

Kim Hong Liu-nio membentak marah. Dia tidak tahu bahwa Sin Liong paling benci kalau dimaki monyet kecil, karena memang dia suka bergaul dengan monyet, akan tetapi dia tahu bahwa dia manusia bukan monyet. Mendengar makian itu, dia melotot dan balas memaki.

“Dan kau srigala betina besar! Kau mau tahu ayahku? Ayahku adalah pendekar paling hebat di dunia ini dan kalau kau bertemu dengan ayahku, tentu dia tidak akan memberi ampun kepada srigala betina yang kejam seperti engkau ini!”

Kim Hong Liu-nio hampir tak dapat menahan kemarahannya. Sinar merah menyambar dan terdengar bunyi “prakk!” ternyata meja di dekat Sin Liong hancur berkeping-keping terkena sambaran sinar merah itu yang bukan lain hanyalah ujung sabuk merah dari sutera yang diikatkan di pinggang wanita itu dan yang ujungnya masih berjuntai panjang.

Hanya menggunakan ujung sabuk merah saja mampu menghancurkan meja batu, kepandaian ini benar-benar membuat Si Kwi dan Hok Boan menjadi pucat dan tubuh mereka mengeluarkan keringat dingin.

“Liong-ji, jangan banyak bicara!” Si Kwi memperingatkan anaknya.

“Bocah bermulut lancang! Kau layak mampus seribu kali, akan tetapi sebelum mampus, katakan dulu siapa ayahmu dan dimana dia!”

“Huh, karena berada disini maka kau enak saja mengancam hendak membunuh aku, coba kalau ada ayah, mengganggu seujung rambutkupun engkau takkan mampu. Aku menantangmu untuk bertanding dengan ayahku, dan kalau ayah sampai kalah olehmu, biarlah tanpa kau turun tangan, aku akan menggorok leherku sendiri di depanmu. Kalau engkau sekarang membunuh aku tanpa berani memenuhi tantanganku, maka engkau ini tidak ada bedanya dengan seekor srigala pemakan bangkai yang beraninya hanya menyerang bangkai, dan kau beranimu hanya mengganggu orang-orang lemah seperti anak-anak kecil. Huh, sungguh memalukan sekali!”

“Liong-ji...!”

Si Kwi mengeluh. Anak itu seperti bunuh diri saja, berani bicara seperti itu di depan wanita ini! Dan Kim Hong Liu-nio sendiri sampai tercengang, seolah-olah dia tidak percaya apa yang didengarnya. Selama hidupnya, belum pernah ada orang berani bicara seperti itu kepadanya, bahkan Sri Baginda Sabutai sendiri tidak pernah menghinanya seperti itu. Saking herannya, dia sampai lupa akan kemarahannya, atau mungkin juga saking marahnya, dia sampai tidak tahu lagi harus berbuat apa!

“Katakan siapa ayahmu, anak setan! Kalau aku tidak dapat membunuh ayahmu dan nenek moyangmu, aku tidak mau mmakai nama Kim Hong Liu-nio lagi!”

Wanita itu akhirnya menjerit seperti seorang anak perempuan yang digoda sampai mengkal sekali hatinya dan Kim Hong Liu-nio juga sampai lupa diri, dia membanting kakinya ke atas lantai, seperti anak perempuan sedang berang.

“Bres!”

Kaki wanita itu kecil mungil, akan tetapi begitu dibantingnya di atas lantai dengan pengerahan sin-kang, kaki itu amblas sampai hampir selutut dalamnya! Kembali Si Kwi dan Hok Boan menelan ludah. Bahkan Siong Bu dan Beng Sin terang-terangan mengulurkan lidah mereka saking heran, kaget dan kagum. Kepandaian wanita itu benar-benar seperti sliuman!

“Ayahku adalah pendekar sakti Cia Bun Houw, putera dari ketua Cin-ling-pai kalau kau mau tahu!”

Kata Sin Liong sambil mengangkat dada, wajahnya berseri dan matanya bersinar-sinar. Dia maklum bahwa di tangan wanita iblis ini, ayah dan ibu angkatnya tidak mungkin akan dapat menyelamatkannya, maka dia hendak menghadapi kematian dengan gagah dan mengangkat tinggi-tinggi nama ayahnya yang selama hidupnya belum pernah dilihatnya itu.

“Ahhhhh...!”

Seruan ini bukan hanya terdengar dari mulut Kim Hong Liu-nio, akan tetapi juga dari mulut Kui Hok Boan yang menjadi kaget setengah mati dan terheran-heran bukan main mendengar pengakuan Sin Liong. Tentu saja dia sudah mendengar nama pendekar sakti Cia Bun How, dan membayangkan betapa bocah ini yang tadinya dikenal sebagai anak peliharaan monyet mengaku putera Cia Bun Houw, meremang bulu tengkuknya.

“Bohong!” Kim Hong Liu-nio berseru. “Macam engkau ini anak Cia Bun Houw? Huh, siapa percaya omonganmu? Jangan kira engkau akan boleh menakut-nakuti orang dengan nama Cia Bun Houw yang kau akui sebagai ayahmu!”

Sin Liong melangkah maju menghadapi wanita itu dengan kedua tangan bertolak pinggang, sikapnya sungguh penuh keberanian.

“Dan kau bilang bohong untuk menutupi rasa takutmu! Aku adalah Cia Sin Liong, anak kandung dari Cia Bun Houw! Engkau mau percaya atau tidak adalah urusanmu, akan tetapi aku menantangmu untuk melawan ayah kandungku itu! Sekarang, mau bunuh, mau siksa, mau bakar, kau orang dewasa boleh berlaku sesuka hatimu terhadap anak kecil seperti aku. Akan tetapi awas, aku mati penasaran dan rohku akan selalu mengejar-ngejarmu sampai kau berani berhadapan dengan ayahku. Rohku baru tidak akan penasaran kalau kau sudah menggelinding mampus di depan kaki ayahku!”

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: