***

***

Ads

Rabu, 01 Maret 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 080

“Memang binatang lebih baik, kakek,” jawab Sin Liong yang teringat akan monyet-monyet besar yang menjadi teman-temannya.

“Ha-ha, bagus, bagus! Engkau binatang cilik yang baik sekali.”

“Dan engkau seperti monyet tua yang pernah merawatku.”

“Hu-huh-huh, memang aku monyet. Monyet gundul. Dan kau... ehhh, siapa namamu?”

“Sin Liong.”

“Bagus! Kau seekor naga. Bukan ular, naga lain lagi. Kalau ular sih seperti manusia, kadang-kadang licik dan curang. Kalau naga tidak, kau naga cilik yang menyenangkan. Semua orang takut padaku, tapi kau tidak, naga cilik.”

“Aku kasihan kepadamu, kek.”

“Kenapa kasihan, hee, hayo katakan, kenapa kasihan kau, naga cilik?”

“Karena semua orang menghinamu, mengatakan kau gila.”

“Memang aku gila! Apakah kau tidak gila?”

“Aku... aku...” Sin Liong menjadi bingung, akan tetapi dia benar-benar merasa kasihan kepada kakek yang seperti dia ini, yang hidup sebatangkara, maka dia ingin menyenangkan hatinya. “Aku juga gila.”

“Ha-ha-ha, bagus, bagus! Kita berdua orang-orang gila! Persetan dengan mereka yang menganggap diri sendiri tidak gila!”

Kakek itu bangkit berdiri, kedua tangannya yang berlengan panjang menyambar tubuh Sin Liong dan melontar-lontarkan tubuh anak itu ke atas sampai tinggi sekali! Sin Liong maklum akan kesaktian kakek itu, maka diapun tidak mau mengeluh, tidak mau memperlihatkan rasa takut.

Cia Keng Hong khawatir kalau-kalau kakek gila itu akan mencelakai Sin Liong, maka sekali tubuhnya berkelebat, dia sudah meloncat tinggi dan menyambar tubuh Sin Liong ketika untuk ke sekian kalinya dilontarkan ke atas Kok Beng Lama! Setelah menurunkan Sin Liong yang berdiri di belakangnya, Cia Keng Hong kini berdiri berhadapan dengan Kok Beng Lama dan ketua Cin-ling-pai itu menjura dengan hormat.

“Sahabat baik Kok Beng Lama, apakah selama ini engkau baik-baik saja?” Cia Keng Hong berkata.

Kakek gundul itu memandang dengan matanya yang lebar terbelalak, kelihatan dia terkejut dan tercengang, lalu menjura dengan kaku dan berkata,

“Aih... kiranya... Cia Keng Hong ketua Cin-ling-pai! Silakan duduk.”






Dan kakek gundul inipun lalu duduk bersila di atas batu, dan melihat ini, tentu saja Cia Keng Hong juga duduk bersila, berhadapan dengan kakek Lama dari Tibet itu.

Sin Liong berdiri dan kini dia memandang bengong kepada kakek sakti yang selama ini membawanya melakukan perjalanan itu. Cia Keng Hong, ketua Cin-ling-pai? Dia teringat akan pesan ibu kandungnya, Cia Keng Hong, ketua Cin-ling-pai adalah kakeknya, ayah dari Cia Bun Houw, ayahnya, ayah kandungnya! Jadi kakek yang menolongnya dari tangan iblis betina Kim Hong Liu-nio ini, yang kemudian membawanya, adalah kakeknya sendiri!

Tiba-tiba Sin Liong yang berdiri bengong itu terkejut melihat perubahan pada wajah si kakek gundul, matanya menjadi merah dan mulutnya yang bersembunyi di balik kumis dan jenggot putih itu menyeringai. Agaknya kakek gundul itu kumat lagi gilanya! Cia Keng Hong juga melihat ini, maka dia cepat-cepat bertanya, suaranya tetap halus,

“Kok Beng Lama, di manakah cucuku Lie Seng dan Yap Mei Lan? Kenapa aku tidak melihat mereka?”

Sungguh tidak disangka sama sekali oleh Cia Keng Hong bahwa pertanyaannya itu merupakan minyak bakar disiramkan kepada api kegilaan yang mulai bernyala di dalam otak Kok Beng Lama itu. Kegilaan kakek gundul ini menjadi kumat setelah dua orang muridnya itu pergi karena dia merasa kesepian dan rindu, dan kini kata-kata ketua Cin-ling-pai itu justeru mengingatkan dia kepada dua orang yang dicintanya itu! Maka makin merahlah mata itu, makin melotot dan kini ditujukan kepada Cia Keng Hong penuh kebencian. Tiba-tiba kakek gundul itu tertawa bergelak.

“Ha-ha-ha, Cia Keng Hong, ketua Cin-ling-pai! Anakku tercinta mati karena puterimu, dan aku masih saja mendidik puteramu mendidik cucumu! Wah, sekarang cucumu juga pergi meninggalkan aku! Aku menderita sengsara dan berduka karena kau, maka kau harus bertanggung jawab sekarang! Ha-ha-ha, aku paling suka mengadu ilmu dan di dunia ini siapa yang dapat menandingi aku kecuali ketua Cin-ling-pai? Hayo, Cia Keng Hong, hari ini kita membuat perhitungan terakhir, ha-ha!”

Cia Keng Hong terkejut sekali dan mengerutkan alisnya. Celaka, pikirnya, kakek gundul ini sudah gila. Tentu saja dia menolak dan mengangkat kedua tangan ke atas, menggoyang-goyangnya.

“Jangan, Kok Beng Lama, jangan! Di antara kita tidak terdapat permusuhan, bahkan terikat persahabatan dan persaudaraan yang kekal, bukan?”

“Ha-ha-ha, justeru aku ingin mati dalam tangan seorang yang ternama seperti kau, bukan di tangan segala macam anjing busuk seperti belasan orang tadi. Hayo, sambutlah seranganku ini, Cia Keng Hong, ketua Cin-ling-pai!”

Setelah berkata demikian, tiba-tiba kakek gundul itu sambil tertawa lalu menggerakkan kedua tangannya ke depan dan angin pukulan yang amat hebatnya menyambar dahsyat ke depan, menyerang ke arah Cia Keng Hong!

Kakek ketua Cin-ling-pai ini memang sudah mengangkat kedua tangan ketika menggoyang-goyang tangan untuk mencegah itu. Melihat serangan yang dapat mencabut nyawanya itu, dia terkejut sekali dan cepat diapun mendorongkan kedua lengannya ke depan untuk menyambut.

Hebat sekali pertemuan dua tenaga sakti itu. Jarak antara tangan kedua orang kakek ini masih ada setengah meter, namun tenaga yang bertemu antara kedua pasang tangan itu sedemikian dahsyatnya sehingga segala sesuatu di sekitar tempat itu seperti tergetar hebat. Bahkan Sin Liong sendiri sampai terpental dan bergulingan ke belakang. Akan tetapi, anak ini sudah cepat bangkit kembali dan berdiri menonton dengan mata terbelalak.

Kalau tadinya dia merasa suka kepada Kok Beng Lama dan diam-diam mengasihani kakek itu, kini dia berfihak kepada kakeknya itu. Dia merasa khawatir sekali. Dia tidak tahu apa yang telah dan sedang terjadi, akan tetapi dia dapat menduga bahwa antara kedua orang kakek yang duduk bersila dan meluruskan kedua lengan itu pasti sedang terjadi pertandingan yang amat aneh dan hebat. Dia melihat betapa wajah Kok Beng Lama kelihatan gembira dan mulutnya menyeringai seperti hendak mentertawakan ketua Cin-ling-pai itu, sebaliknya Cia Keng Hong kelihatan prihatin sekali. Dia tahu bahwa kakek gundul itulah yang memaksa kakeknya untuk bertanding.

“Jangan berkelahi...!”

Sin Liong berseru. Akan tetapi dua orang kakek itu sama sekali tidak memperdulikannya. Kok Beng Lama yang sedang dilanda kegembiraan besar karena dia dapat mengadakan pertandingan melawan seorang yang amat lihai itu tentu saja sudah melupakan Sin Liong, sebaliknya, biarpun Cia Keng Hong mendengar seruan Sin Liong, akan tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Tidak mungkin dia menghentikan perlawanannya, karena hal itu berarti bahwa dia akan tewas. Juga membagi perhatian kepada Sin Liong amat membahayakan dirinya. Dia merasa betapa tenaga sakti kakek gundul itu makin lama makin kuat menghimpitnya dan beberapa kali mencoba untuk mendesak tenaga perlawanannya. Oleh karena itu, Cia Keng Hong lalu cepat mengerahkan tenaga mujijat Thi-khi-i-beng!

“HA-HA, Thi-khi-i-beng, ya? Bagus, aku memang ingin merasakan kebehatannya!”

Kok Beng Lama berseru sambil tertawa. Hal ini amat mengejutkan hati Cia Keng Hong karena pendekar ini maklum betapa berbahayanya bagi Kok Beng Lama yang berani bicara dalam keadaan mengadu tenaga seperti itu. Ternyata kakek gundul itu sudah tidak lagi memperhitungkan bahaya.

“Kok Beng lama, perlu apa kita bertanding? Hentikanlah!” serunya.

Akan tetapi jawaban kakek gundul itu hanya suara tertawa dan desakan tenaga yang lebih kuat lagi. Terpaksa Cia Keng Hong juga mengerahkan tenaganya dan tidak berani bicara lagi karena yang dibadapinya adalah bahaya maut, bukan main-main.

“Hentikan! Jangan berkelahi!”

Sin Liong kini melangkah menghampiri dua orang kakek yang sedang mengadu tenaga sakti itu. Melihat ini, Cia Keng Hong merasa khawatir sekali, akan tetapi karena tenaga lawan amat kuat mendesak maka diapun tidak berani membagi perhatian dan diam saja, mencurahkan perhatian dan tenaganya untuk mempertahankan dan melindungi dirinya sendiri.

Karena berkali-kali dia berteriak tanpa diperdulikan orang, dan melihat betapa kini dari kepala dua orang kakek itu mengepul uap putih, Sin Liong menjadi makin khawatir dan dengan nekat dia lalu meloncat ke tengah-tengah antara kedua orang kakek itu untuk memisahkan mereka!

Hampir saja Cia Keng Hong berteriak saking kagetnya karena apa yang dilakukan oleh anak itu benar-benar amat berbahaya, akan tetapi dia sendiri tidak mampu menolongnya, karena sedikit saja dia mengurangi tenaganya, dia akan celaka, apalagi menarik tenaganya yang mempertahankan diri itu. Keadaannya seperti seorang yang menggunakan kedua tangan menahan gencatan benda yang amat berat, berkurang sedikit saja tenaganya tentu benda itu akan menggencatnya sampai hancur.

Sin Liong sendiri kaget setengah mati karena begitu dia meloncat masuk, tiba-tiba saja tubuhnya seperti disedot oleh tenaga yang luar biasa kuatnya sehingga dia tertarik dan tiba-tiba saja dia sudah jatuh duduk di antara kedua orang kakek itu, duduknya menghadapi Cia Keng Hong dan membelakangi Kok Beng Lama.

Tubuh anak itu tergetar hebat seperti terkena aliran tenaga yang luar biasa. Melihat betapa kedua telapak tangan yang lebar dari Kok Beng Lama menyentuh punggung anak itu, Cia Keng Hong yang tadinya agak menarik kedua tangannya ketika Sin Liong meloncat masuk, kini cepat dia mengulurkan tangannya menempel pada pundak anak itu. Dia merasa betapa tenaga amat dahsyat dari Kok Beng Lama menyerangnya melalui anak itu, maka diapun seperti mempertahankan dan mengimbangi kekuatan itu sehingga tenaga keduanya kini saling bertanding melalui tubuh Sin Liong.

Sin liong merasa tersiksa sekali. Dia sukar untuk bernapas, dan hawa panas dingin bergantian menyerang tubuhnya yang kadang-kadang terdorong ke belakang oleh dua tenaga dahsyat yang saling dorong di depan dan belakangnya itu. Dia tidak ingin membantu siapapun, karena dia kasihan kepada kakek gundul yang gila, akan tetapi dia juga tentu saja bersimpati kepada kakeknya itu. Selain itu, andaikata dia ingin membantu sekalipun, bagaimana mungkin dia dapat membantu? Dia hanya melerai, akan tetapi siapa kira, dia malah terseret dan terhimpit tak dapat terlepas lagi.

Sama sekali dia tidak sadar bahwa tanpa diketahuinya, dia telah membantu Kok Beng Lama karena dia duduk berhadapan dengan kakeknya itu! Biarpun Sin Liong tidak mau membantu, akan tetapi di dalam tubuhnya terdapat hawa mujijat yang timbul karena dia pernah keracunan Hui-tok-san yang kemudian dibikin punah oleh racun-racun ular sehingga timbul semacam tenaga mujijat di dalam tubuhnya, tenaga inilah yang serentak bangkit dan melakukan perlawanan ketika tubuhnya dialiri dua tenaga dahsyat itu, dan karena dia duduk menghadap Cia Keng Hong, maka tentu saja perhatiannya ditujukan ke depan dan otomatis tenaga mujijat di dalam tubuhnya itu juga meluncur ke depan! Tanpa disadarinya sendiri, tenaga ini membantu Kok Beng Lama dan menyerang Cia Keng Hong!

Ketika ketua Cin-ling-pai merasa betapa ada tenaga yang amat kuat, seolah-olah tenaga kakek gundul itu menjadi bertambah besar, menyerangnya dan mendorongnya sehingga dia mendoyong ke belakang, dia menjadi terkejut sekali dan cepat dia lalu mengerahkan tenaga Thi-khi-i-beng untuk menyedot.

Kini giliran Kok Beng Lama yang terkejut ketika tiba-tiba tenaganya yang amat kuat itu membanjir keluar tanpa dapat diremnya lagi. Cepat dia mengubah tenaganya, mempertahankan dan kini berubahlah sifat pertandingan itu. Kalau tadi kedua orang sakti itu mengerahkan sin-kang untuk saling mendorong dan mengadu kekuatan untuk saling merobohkan, kini Cia Keng Hong menggunakan Thi-khi-i-beng menyedot sedangkan pendeta Lama itu mempertahankan!

Kembali Sin Liong yang menjadi sasaran utama dan yang paling menderita! Anak ini merasa betapa tubuhnya kadang-kadang seperti kosong dan kering tersedot, lalu terisi kembali oleh tenaga dari Kok Beng Lama, seolah-olah dia sebentar mati sebentar hidup kembali, wajahnya sebentar pucat sebentar merah. Dia mengeluh panjang pendek akan tetapi untuk melepaskan diri dia tidak sanggup, biarpun sudah beberapa kali dia berusaha untuk bergerak dan keluar dari dalam himpitan itu.

Melihat ini, maklumlah Cia Keng Hong bahwa anak ini terancam bahaya maut. Akan tetapi, kakek sakti inipun memperoleh kenyataan yang amat luar biasa, yaitu bahwa anak itu sama sekali tidaklah asing dengan tenaga sakti! Tahulah dia bahwa tadi tenaga Kok Beng Lama menjadi berlipat ganda karena memperoleh tambahan tenaga dari anak ini! Tahulah kakek ini bahwa Sin Liong benar-benar adalah anak luar biasa, yang mungkin karena sesuatu hal yang tidak disadarinya sendiri oleh anak itu, telah memiliki sin-kang yang aneh.

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: