***

***

Ads

Senin, 06 Maret 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 091

“Ha-ha-ha, anak bandel. Kalau tidak minta ampun kepadaku, empat ekor srigala itu akan mencabik-cabik kulit dan dagingmu, mengganyangmu hidup-hidup!” Tiba-tiba terdengar suara kakek cebol di sebelah kanannya.

Kehadiran kakek ini seketika mengusir semua kekhawatiran di hati Sin Liong, terganti oleh keangkuhan dan kekerasan hati yang luar biasa. Dia tersenyum.

“Anjing-anjingmu ini tidaklah sekejam engkau, kakek iblis. Biar kau tambah dengan engkau sendiri yang menyalak-nyalak, aku tidak merasa takut sama sekali!”

“Bocah setan!”

Kakek itu berkelebat pergi dengan hati kecewa, dan dari jauh dia mengintai karena dia tidak percaya kalau anak itu benar-benar sedemikian tabahnya sehingga menghadapi kematian yang amat mengerikan dengan sikap begitu tenang saja. Lihat kalau dia sudah digigit srigala, pikirnya.

Sin Liong kembali memandang kepada empat ekor srigala yang mengelilinginya sambil menyalak-nyalak itu. Naluri kebinatangannya timbul seketika dan diapun lalu menyeringai, memperlihatkan gigi seekor monyet muda dan mengeluarkan gerengan dari kerongkongannya. Srigala-srigala itu terkejut dan undur, akan tetapi melihat orang muda itu tidak bergerak menyerang, mereka berani lagi dan mulai mengelilingi lebih dekat.

Aku harus dapat membebaskan diri, pikir Sin Liong. Dia lalu memejamkan kedua matanya dan mengingat-ingat pelajaran yang dia terima dari kakek Cia Keng Hong. Dia sudah menguasai Thi-khi-i-beng, dan dia sudah menghafalkan semua bagian jalan darah di tubuh. Kini dia tertotok oleh kakek cebol itu, dan dia merasa betapa jalan darah utama di punggungnya yang dibikin lumpuh sehingga kaki tangannya tidak mampu bergerak.

Dia memutar otak mengingat-ingat jurus Thai-kek-sin-kun dan dengan tenaga sin-kang dari pusar, mulailah dia menyalurkan tenaga itu menurut pelajaran Ilmu Thai-kek-sin-kun yang telah dia hafal di luar kepala. Semua pelajaran yang telah diterimanya dari kakeknya adalah teorinya belaka yang sudah dihafalnya baik-baik dan kini dalam keadaan terhimpit bahaya maut, Sin Liong mulai menyalurkan hawa dari pusar itu sesuai dengan pelajaran itu.

Mula-mula hawa itu macet di sana-sini karena dia berada dalam keadaan tertotok, hawa murni di tubuhnya seperti air mengalir yang berhenti di tempat-tempat saluran yang tersumbat. Akan tetapi, hawa itu berkumpul dan menjadi makin kuat di setiap sumbatan, bagaikan air yang kelihatan lembut namun mengandung kekuatan dahsyat, satu demi satu sumbatan itu jebol dan hawa murni seperti air itu mengalir terus, makin lama makin kuat membobolkan sumbatan-sumbatan akibat totokan itu dan jalan darahnyapun mulai lancar kembali.

Perlahan-lahan Sin Liong berhasil membebaskan diri dari totokan yang amat luar biasa dari kakek itu! Hal ini saja sudah merupakan sesuatu yang amat hebat dan tentu akan membuat kakek itu terheran-heran dan terkejut sekali karena jarang ada tokoh persilatan di dunia kang-ouw yang akan mampu membebaskan totokannya dalam waktu sesingkat itu, apalagi hanya seorang anak-anak!

Akan tetapi, pada saat itu, empat ekor anjing srigala tadi sudah mulai menerjangnya! Dengan suara gerengan menyeramkan, mereka menubruk dan ada yang menggigit kaki Sin Liong, ada yang mencakar dadanya sehingga bajunya robek dan kakinya berdarah. Dari jauh, Ouwyang Bu Sek memandang penuh perhatian dan siap untuk turun tangan membunuh empat ekor srigala itu begitu dia mendengar anak itu menjerit, menangis atau mengeluh.






Akan tetapi, anak itu sama sekali tidak mengeluarkan suara keluhan! Sebaliknya malah, gigitan srigala pada kakinya itu dibarengi gonggong dan gerengan binatang-binatang itu membangkitkan hawa murni dari dalam pusar Sin Liong. Dia terbelalak dan dari dadanya, melalui kerongkongannya, terdengar lengking yang menyeramkan dan pada saat itu, putuslah semua tali yang mengikat tubuhnya!

Itulah tenaga sin-kang yang diwarisinya dari Kok Beng Lama, tumbuh sepenuhnya dan bangkit serentak sehingga sedikit gerakan saja tali-tali itupun putuslah! Dan kini Sin Liong mengamuk!

Srigala yang masih menggigit kakinya itu terlempar ke atas ketika Sin Liong menggerakkan kakinya. Tangan kirinya dikepal dan memukul muka anjing yang menggigit dadanya.

“Prakk!”

Tubuh anjing srigala itu terbanting dan kepalanya pecah, dengan rintihan aneh srigala itu menggerak-gerakkan tubuh, berkelojotan dan mati! Anjing yang terlempar tadi terbanting ke atas tanah, akan tetapi dia sudah menerjang lagi bersama dua ekor temannya.

Sin Liong mengeluarkan suara gerengan seperti seekor monyet, disambarnya ekor srigala yang terdekat, diangkatnya dan sekali dia membantingkan tubuh srigala itu, terdengar suara “krakk!” dan kepala srigala itu pecah berantakan karena menimpa batu! Dua ekor lagi menubruk dan menggigit Sin Liong, akan tetapi kini tubuh anak itu sudah menjadi kebal dan keras sehingga gigitan itu tidak merobek kulitnya, hanya merobek bajunya.

Sin Liong menggunakan kedua tangannya, yang kiri mencekik leher srigala ke tiga sedangkan yang kanan kembali memukul kepala srigala ke empat. Pukulannya itupun membuat pecah kepala srigala, dan saking marahnya, Sin Liong lalu menggunakan mulutnya menggigit leher srigala yang dicengkeramnya dengan tangan kiri.

Demikian kuat dia menggigit sehingga robeklah leher srigala itu yang sia-sia saja meronta karena cengkeraman tangan Sin Liong membuat jari-jari tangannya menembus kulit srigala! Setelah puas merobek-robek leher srigala, dia mengangkat tubuh srigala itu dan membantingnya.

“Nguikk!” Srigala terakhir itu berkelojotan dan mati pula.

Dari tempat sembunyinya, Ouwyang Bu Sek terbelalak dan melongo, seperti melihat setan di tengah hari. Akan tetapi, dia melihat anak itu terhuyung, mengeluh dan memegangi kepalanya, lalu terhuyung ke depan dan hampir roboh. Melihat ini, kakek cebol itu cepat melompat dan mulutnya berkata,

“Ah, anak luar biasa...!”

Dan tepat ketika Sin Liong terguling, dia sudah tiba di situ dan dia menyambut tubuh anak itu sehingga tidak sampai terbanting.

“Anak luar biasa... anak baik... anak ajaib...!”

Ouwyang Bu Sek berkali-kali mengeluarkan pujian ini ketika dia memeriksa tubuh Sin Liong dan melihat bahwa tubuh itu hanya luka-luka sedikit, dan di dalam tubuh itu mengandung hawa sin-kang yang luar biasa sekali, yang tarik-menarik secara kuat sehingga anak itu sendiri sampai tidak kuat menahan dan menjadi pingsan. Dia lalu mendukung anak itu dan dibawanya lari cepat meninggalkan tempat itu.

Ouwyang Bu Sek adalah seorang manusia yang berwatak aneh. Tadinya dia memang tidak berniat untuk menculik Sin Liong. Hanya ketika menduga bahwa anak itu adalah cucu musuh besarnya yang telah mati dan melihat betapa di Cin-ling-san terdapat banyak sekali orang sakti yang takkan sanggup dilawannya kalau dikeroyok, maka dia menawan anak itu untuk dipergunakan sebagai perisai agar dia dapat meloloskan diri.

Kemudian, diapun tidak mempunyai niat untuk membunuh atau menyiksa anak itu. Hanya melihat kebandelan dan kekerasan hati Sin Liong, dia menjadi penasaran, merasa seperti ditantang dan dia lalu menakut-nakuti anak itu untuk mematahkan kebandelannya. Namun, melihat betapa Sin Liong bahkan dapat membebaskan diri dan membunuh empat ekor srigala, dia merasa terkejut, terheran-heran dan juga kagum sekali. Timbul rasa suka di dalam hatinya, maka dengan rasa sayang dia lalu membawa pergi Sin Liong untuk dirawat.

Sebelum dia mengambil keputusan memberanikan diri pergi ke Cin-ling-san untuk mencari ketua Cin-ling-pai dan membalaskan sakit hati atas kematian pamannya, Ouwyang Bu Sek yang baru turun dari Gunung Himalaya itu berada di selatan sampai hampir tiga tahun.

Karena ilmu kepandaiannya memang tinggi sekali, maka sebentar saja dia dikenal oleh semua tokoh kang-ouw di dunia selatan, bahkan dia diakui sebagai seorang di antara datuk-datuk dunia persilatan dan disegani orang. Akan tetapi, kakek ini memang seorang yang amat aneh, dia selalu menjauhkan diri dan tidak mau menerima murid. Akan tetapi hampir semua tokoh besar dunia kang-ouw mengenal kakek cebol ini, dan setiap ada pertemuan-pertemuan penting, pesta-pesta dan sebagainya, tentu kakek cebol ini menerima undangan dan menjadi tamu kehormatan.

Sepak terjang Ouwyang Bu Sek memang aneh dan kadang-kadang mencengangkan orang di dunia kang-ouw. Kakek ini agaknya sudah tidak mau mengenal lagi rasa sungkan dan tidak mau memperdulikan segala peraturan dan sopan santun, akan tetapi ketika terjadi pemilihan bengcu di daerah selatan, kakek ini sempat menghebohkan dunia kang-ouw.

Ketika itu, dua tahun yang lalu, di daerah selatan diadakan pemilihan bengcu, yaitu seorang yang dianggap cukup pandai, berwibawa dan cakap untuk menjadi kepala atau pemimpin, dari apa yang dinamakan golongan hitam di selatan. Dan yang mempunyai harapan besar untuk terpilih sebagai bengcu dan wakil-wakilnya adalah tiga orang tokoh besar di selatan yang dikenal sebagai Lam-hai Sam-lo (Tiga Datuk Laut Selatan). Mereka bertiga ini selain terkenal sebagai tokoh-tokoh tua di selatan, juga terkenal memiliki kepandaian tinggi dan juga mempunyai pengaruh yang amat luas, terutama sekali karena seluruh bajak laut di laut selatan adalah anak buah mereka atau setidaknya mengakui mereka sebagai datuk para bajak laut.

Akan tetapi, kesempatan baik dan harapan tiga orang datuk ini hancur oleh munculnya Ouwyang Bu Sek dalam persidangan pemilihan bengcu itu dengan pembongkaran rahasia tiga orang kakek itu yang oleh Ouwyang Bu Sek dinyatakan tidak patut menjadi bengcu karena mereka bertiga itu adalah orang-orang berjiwa cabul dan suka mengeram dara-dara muda untuk perbuatan-perbuatan cabul!

Seluruh hadirin tercengang menyaksikan keberanian Ouwyang Bu Sek, akan tetapi karena Ouwyang Bu Sek mengajukan hal itu sebagai fakta-fakta dengan mengajukan pula bukti dan saksi, maka tiga orang datuk itu tidak mampu menyangkal, hanya dengan marah menyatakan bahwa urusan dalam kamar adalah urusan pribadi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan pemilihan bengcu. Betapapun juga, pembongkaran rahasia oleh Ouwyang Bu Sek itu tentu saja menjatuhkan nama mereka dan banyak pemilih yang menarik kembali suara mereka sehingga akhirnya pemilihan bengcu jatuh pada orang lain.

Tentu saja tiga orang datuk ini menaruh dendam yang amat mendalam kepada Ouwyang Bu Sek. Mereka tidak berani menyatakan permusuhan itu secara berterang, karena hal itu akan membuat mereka makin jatuh di dalam mata para tokoh kang-ouw yang memandang tinggi kepada Ouwyang Bu Sek.

Bagi dunia kang-ouw di selatan perbuatan Ouwyang Bu Sek membongkar rahasia kecabulan tiga orang Lam-hai Sam-lo itu bukan dianggap sebagai penyerangan pribadi, melainkan sebagai tindakan bijaksana demi pemilihan bengcu yang tepat. Dan memang sesungguhnya Ouwyang Bu Sek tidak memusuhi Sam-lo itu, hanya karena dia seorang yang aneh dan tidak mau memakai banyak peraturan dan sopan santun maka dia berani membongkar rahasia kecabulan mereka di depan umum, bukan dengan niat menghina atau mendatangkan aib, melainkan untuk melihat bahwa bengcu yang dipilih benar-henar tepat.

Kalau tiga orang datuk itu mendendam kepada Ouwyang Bu Sek, sebaliknya kakek cebol ini sama sekali tidak memusuhi mereka, bahkan dia sudah lupa bahwa dia pernah menghalangi mereka menjadi bengcu. Akan tetapi, mengapa Ouwyang Bu Sek selalu menyembunyikan diri di dalam pondok sunyi di puncak Bukit Tai-yun-san di Propinsi Kwan-tung di selatan? Kalau dia tidak merasa bermusuh dengan Lam-hai Sam-lo, mengapa dia harus bersikap seperti orang yang mengasingkan diri atau menyembunyikan diri?

Memang kakek aneh ini menyimpan suatu rahasia besar dan memang dia selalu merasa takut akan sesuatu. Rahasia itu adalah bahwa kepergiannya dari Pegunungan Himalaya adalah sebagai seorang pelarian! Dari sebuah kuil tua sekali di Pegunungan Himalaya, kuil yang disebut Kuil Sanggar Dewa, dimana hampir semua pendeta dan pertapa dari seluruh dunia singgah ke tempat suci itu untuk berdoa, dia melarikan sebuah peti hitam yang terisi pusaka-pusaka yang sudah ratusan tahun usianya, pusaka-pusaka yang merupakan kitab-kitab kuno yang tak pernah dibuka orang, karena selain tulisan-tulisan dalam kitab-kitab itu amat sukar dibaca, juga kitab-kitab itu dianggap sebagai barang keramat dan tidak boleh sembarangan disentuh tangan.

Para pendeta dan pertapa mempunyai kepercayaan bahwa kitab-kitab itu adalah peninggalan dari Sang Buddha, oleh karena itu dianggap sebagai benda keramat.

Inilah sebabnya mengapa Ouwyang Bu Sek kini melarikan diri jauh ke selatan dan jarang mencampuri urusan dunia kang-ouw sungguhpun namanya dikenal sebagai seorang datuk yang disegani. Dan di luar tahunya siapapun, dia menyimpan kitab-kitab kuno itu dan dengan penuh ketekunan dia mempelajarinya, mencoba untuk memecahkan rahasia tulisan kuno dalam kitab-kitab itu.

Demikianlah sedikit catatan tentang keadaan kakek cebol luar biasa itu, yang tanpa direncanakan lebih dulu telah menawan Sin Liong dan kemudian karena merasa suka dan kagum, dia membawa Sin Liong yang pingsan untuk pulang ke tempat tinggalnya, di dalam pondok sunyi di puncak Bukit Tai-yun-san, dimana dia merawat dan mengobati Sin Liong yang menderita luka dalam.

Ketika Sin Liong siuman dari pingsannya dan merasa betapa tubuhnya dipondong dan dilarikan dengan sangat cepatnya oleh si kakek cebol, dia merasa heran sekali. Kemudian teringatlah dia betapa dia telah disiksa oleh kakek ini, bahkan diberikan kepada srigala-srigala untuk dikeroyok, maka dia cepat meronta.

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: