***

***

Ads

Sabtu, 25 Maret 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 151

Untuk melawan dengan kekerasan, amat berbahaya bagi keselamatan Bi Cu. Dia sendiri tidak takut menghadapi Han Houw, Kim Hong Liu-nio dan pasukannya, akan tetapi bagaimana dengan Bi Cu? Apa artinya dia dapat lolos kalau dara itu tertawan!

Han Houw kini tertawa dengan sikapnya yang khas, tertawa dan tersenyum lepas sehingga wajahnya makin menarik dan tampan. Sepasang matanya yang tajam itu memandang wajah Sin Liong ketika dia tertawa.

“Ha-ha, sungguh tak kusangka kita akan saling berhadapan seperti ini, engkau terbelenggu seperti seorang musuh! Rasanya seperti mimpi saja, atau seperti main sandiwara!”

Kembali pangeran itu tertawa seperti orang yang merasa amat geli melihat peristiwa yang lucu.

“Hemm, aku sendiri juga merasa heran, Houw-ko, mengapa engkau melakukan hal seperti ini kepadaku setelah dahulu engkau mengajakku untuk bersembahyang dan bersumpah menjadi kakak dan adik angkat,” kata Sin Liong dengan suara dan sikap dingin.

Han Houw mengangkat alis, membelalakkan mata dan mengembangkan kedua lengannya.

“Aih, kenapa engkau malah menyalahkan aku, Liong-te? Aku selalu baik kepadamu, akan tetapi pada suatu waktu yang lalu engkau malah pergi meninggalkan aku tanpa pamit! Kemudian engkau merendahkan namaku dengan menjadi seorang pelayan restoran di kota raja. Adik angkatku menjadi pelayan restoran, bukankah itu berarti engkau hendak menyeret namaku ke dalam lumpur? Bukan itu saja, malah keluarga Cia, termasuk ayah kandungmu, Cia Bun Houw itu, semua menjadi pemberontak, melawan pemerintah dan membunuh banyak orangnya pemerintah sehingga tentu saja engkau sebagai keluarga dari Cia Bun Houw itu ikut terseret! Dan setelah engkau dikepung dan nyaris tenggelam akulah yang menolongmu! Nah, katakan salah siapa semua ini?”

Sin Liong tahu akan kelihaian kakak angkatnya ini memutar lidah, maka dia merasa tidak perlu untuk menanggapi.

“Sudahlah, Houw-ko, sekarang katakan apa kehendakmu setelah engkau menawan kami berdua?”

Dia tahu bahwa tentu Han Houw ingin minta dia melakukan sesuatu yang amat penting bagi pangeran itu, dan sebagai sandera atau cara untuk memaksanya maka Bi Cu ditawan.

“Hemm, agaknya engkau tergesa-gesa ingin melihat dara itu bebas, Liong-te! Ah, sebagai kakak angkatmu, aku berhak mengetahui apakah dia itu pantas menjadi calon iparku? Memang dia cantik manis, akan tetapi aku mendengar bahwa dia itu berjuluk Kim-gan Yan-cu dan menjadi pemimpin para pengemis! Engkau memilih seorang wanita pengemis untuk menjadi jodohmu? Ah, apakah tidak ada wanita lain di dunia ini, Liong-te? Biarpun dia cantik manis, akan tetapi...”

“Sudahlah, Houw-ko, aku tidak mau berbantahan lagi. Dia bukan apa-apaku, dan karena bukan apa-apa itulah maka aku tidak ingin dia celaka karena aku. Kau bebaskan dia dan mari kita bicara baik-baik.”

“Ha-ha-ha, engkau cinta kepadanya! Benar, aku dapat melihat ini! Sungguh heran, padahal kalau engkau menginginkan seorang isteri, aku dapat memilihkan seorang di antara puteri-puteri istana yang cantik-cantik. Akan tetapi kata orang, cinta memang buta! Dan karena engkau mencinta gadis itulah maka dia kutawan, karena hendak kutukar dengan sesuatu darimu.”






“Lekas kau katakan, apa kehendakmu, Pangeran Ceng Han Houw?” Sin Liong membentak marah.

Pangeran itu mengerutkan alisnya mendengar sebutan itu.
“Liong-te, apakah engkau telah melupakan dan hendak melanggar sumpah kita bahwa kita telah mengangkat saudara? Seorang gagah tidak akan melanggar janji dan sumpahnya sendiri!”

“Baiklah, Houw-ko, nah, lekas katakan, apakah kehendakmu sebenarnya?”

“Liong-te, kita adalah kakak dan adik angkat, maka sepatutnya harus suka sama dinikmati, dan duka sama dipikul. Bukankah begitu? Nah, aku amat tertarik akan kepandaianmu yang amat hebat itu, Liong-te. Maka, aku minta agar engkau suka menceritakan semua rahasia kepandaianmu itu, karena menurut pengakuanmu, engkau adalah murid Ouwyang Bu Sek, akan tetapi kepandaianmu malah melebihi tingkat kepandaian Ouwyang Bu Sek, ini menurut penuturan Lam-hai Sam-lo. Nah, sekarang ceritakan terus terang kepadaku, dari mana engkau memperoleh kepandaian hebat itu? Kuharap engkau bersikap jujur!”

Sin Liong mengerutkan alisnya. Tentu saja dalam keadaan biasa dia tidak akan mau membuka rahasia ini. Akan tetapi dia tahu bahwa keselamatan Bi Cu tergantung dari pertanyaan ini agaknya, maka dia menjadi bimbang.

“Dan engkau akan membebaskan gadis itu kalau aku menceritakannya kepadamu?”

“Tergantung dari sikapmu, Liong-te. Kalau engkau jujur, tentu saja akan kubebaskan dia. Aku tidak begitu gila untuk mengganggu gadis yang kau cinta.”

Sin Liong marah mendengar ini, akan tetapi dia merasa tidak perlu untuk berbantah tentang hal itu.

“Baiklah, aku percaya bahwa engkau masih memiliki kegagahan untuk memegang janjimu.”

Ketika dulu melakukan perjalanan bersama pangeran itu, Sin Liong pernah bercerita bahwa dia dibimbing ilmu silat oleh Ouwyang Bu Sek, suhengnya itu, dan bahwa dia tidak pernah bertemu dengan gurunya yang disebut Bu Beng Hud-couw itu, akan tetapi dia tidak memberi penjelasan selanjutnya tentang cara dia mempelajari ilmu-ilmu yang aneh itu. Dia tahu bahwa pangeran itu amat tertarik, dan sudah menyatakan ingin berguru kepada manusia dewa yang disebut Bu Beng Hud-couw yang belum pernah dilihatnya sendiri itu, dan kini pangeran itu minta penjelasan.

“Seperti sudah kuceritakan kepadamu dahulu, Houw-ko, aku mempelajari ilmu silat di bawah bimbingan dan petunjuk suheng Ouwyang Bu Sek. Sebetulnya dialah guruku, akan tetapi dia tidak mau disebut guru, minta disebut suheng karena katanya aku sebetulnya juga murid Bu Beng Hud-couw seperti dia! Akan tetapi, seperti telah kuceritakan kepadamu, aku sendiri selama hidupku belum pernah bertemu atau melihat suhu Bu Beng Hud-couw itu.”

“Hemm...!” Han Houw mengerutkan alisnya karena merasa tidak puas dengan keterangan yang memang pernah didengarnya ini. “Tentu ada sesuatu yang menyebabkan Ouwyang Bu Sek tidak mau disebut guru, dan kenyataannya, kepandaianmu lebih tinggi daripada dia. Sebagai sutenya, apalagi muridnya, tidak mungkin kepandaianmu dapat melampaui dia. Ceritakan terus terang, Liong-te.”

Sin Liong menarik napas panjang. Tak mungkin dia menyembunyikan lagi. Pangeran ini terlampau cerdik, dan Bi Cu berada di tangannya.

“Baiklah, Houw-ko. Sesungguhnya hal ini merupakan rahasia, akan tetapi apa boleh buat, kepadamu akan kuceritakan terus terang. Suheng Ouwyang Bu Sek mempunyai simpanan kitab-kitab dari suhu Bu Beng Hud-couw dan aku telah mempelajari kitab-kitab itu, sedangkan suheng yang sudah tua tidak mempelajarinya, akan tetapi tentu saja aku mempelajarinya atas petunjuk dan bimbingannya.”

“Ahhh...! Begitukah?” teriak Han Houw dengan girang. “Dimana adanya kitab-kitab itu?”

“Kitab-kitab itu telah dibakar oleh suheng.”

“Ahhh...! Akan tetapi Ouwyang Bu Sek tentu masih menyimpan kitab-kitab lain atau minta kitab-kitab lain dari suhunya yang luar biasa itu! Liong-te, sekarang engkau harus membawaku kepada Ouwyang Bu Sek dan membujuknya agar dia suka menerimaku sebagai muridnya atau sutenya, mempelajari ilmu-ilmu dari Bu Beng Hud-couw!”

Sin Liong terkejut bukan main dan menggeleng kepalanya.
“Hal itu tidak mungkin, Houw-ko!”

Wajah yang tampan itu menjadi muram.
“Liong-te, engkau lupa bahwa aku adalah kakak angkatmu sendiri? Engkau tidak ingin membantuku untuk memenuhi cita-citaku, yaitu menjadi jagoan nomor satu di dunia ini?”

“Bukan begitu, Houw-ko. Akan tetapi aku tidak berani, karena suheng sudah memesan agar jangan bicara dengan orang lain tentang suhu dan kitab-kitab itu.”

“Akan tetapi aku bukan orang lain! Aku adalah kakak angkatmu!”

“Houw-ko, mintalah yang lain akan tetapi jangan itu. Bagaimana kalau sampai suheng marah kepadaku?”

“Aku hanya ingin mewarisi ilmu-ilmu dari Bu Beng Hud-couw, mengapa dia akan marah? Dan engkau akan membantuku sampai berhasil, sampai mau menerimaku dan memintakan ilmu-ilmu dari Bu Beng Hud-couw, engkau harus membantuku!”

“Eh, maksudmu?” Sin Liong memandang tajam melihat sikap keras dan suara penuh ancaman itu.

“Mari kau lihat sendiri!”

Han Houw lalu mengangkat tubuh Sin Liong, dibawanya masuk ke dalam kamar dimana terdapat Bi Cu yang masih terlentang dalam keadaan terbelenggu kaki tangannya.

Dara itu memandang dengan mata terbelalak ketika melihat Han Houw membawa Sin Liong masuk kemudian membelenggu kedua tangan Sin Liong pada tiang yang berada di dalam kamar itu. Gadis itu masih dalam keadaan setengah lumpuh karena tertotok dan hanya dapat menggerakkan tubuhnya sedikit saja, sedangkan kedua pergelangan tangannya masih dibelenggu ke belakang punggungnya, demikian pula kedua pergelangan kakinya telah dibelenggu, sedangkan sepatunya telah dicopot dari kedua kakinya.

“Houw-ko, apa yang hendak kau lakukan ini?” Sin Liong bertanya dengan wajah mengandung kekhawatiran.

Han Houw tersenyum dan menengok ke arah pembaringan dimana tubuh Bi Cu rebah terlentang.

“Kau tentu tidak ingin melihat dia terganggu, bukan?”

“Maksudmu?” Sin Liong membentak.

“Berjanjilah bahwa engkau akan membantuku sampai aku diterima oleh Ouwyang Bu Sek!”

“Sudah kukatakan bahwa hal itu tidak mungkin dapat kulakukan!” kata Sin Liong memancing, untuk melihat apa yang akan dilakukan pangeran itu kalau dia menolak.

“Kalau engkau menolak, terpaksa engkau akan melihat dia ini kuperkosa di depan matamu!”

Sin Liong terbelalak.
“Tidak, tidak mungkin engkau mau melakukan itu! Aku tidak percaya, hanya gertak kosong belaka!”

“Gertak kosong, ya? Nah, kau boleh lihat!”

Pangeran itu dengan senyum lalu melangkah menghampiri pembaringan dimana Bi Cu rebah terlentang dengan mata terbelalak dan muka pucat. Kemudian setelah dekat, dengan cepat tangannya meraih ke arah dada Bi Cu. Dara ini menjerit dan menggulingkan tubuhnya. Biarpun tubuhnya masih setengah lumpuh, namun rasa takut mendatangkan tenaga tambahan dan tubuhnya dapat bergulingan menelungkup sehingga cengkeraman Han Houw kini mengenai leher bajunya.

“Breeetttt...!”

Sekali renggut saja baju Bi Cu terobek berikut pakaian dalamnya sehingga nampak punggungnya yang telanjang, putih mulus.

“Jangan...! Houw-ko, jangan...! Aku menerima permintaanmu!”

Sin Liong berseru dan sekali renggut, kedua tangannya telah terlepas dari belenggu, demikian pula kedua kakinya.

Akan tetapi, Han Houw sudah menubruk Bi Cu dan menaruh cengkeraman tangannya ke arah ubun-ubun kepala dara itu.

“Kau maju, dia mati!” katanya tenang.

Diam-diam pangeran ini terkejut dan kagum sekali melihat betapa pemuda itu sekaligus dapat membebaskan totokan dan juga dapat mematahkan belenggu kaki tangannya. Sin Liong tersentak kaget dan berdiri tak bergerak.

“Aku sudah berjanji kepadamu maka kau lepaskan gadis itu, Houw-ko!”

“Tidak, kau harus bersumpah dulu bahwa engkau akan berusaha sampai aku berhasil diterima oleh Ouwyang Bu Sek menjadi muridnya.”

“Baiklah, aku bersumpah untuk berusaha sampai engkau diterima menjadi muridnya dan sekarang kau lepaskan dia.”

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: