***

***

Ads

Sabtu, 25 Maret 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 152

“Demi nama baik ayah dan ibu kandungmu!” Pangeran itu menyambung.

Sin Liong merasa penasaran sekali. Pangeran itu tidak percaya kepadanya!
“Baik, demi nama baik ayah dan ibu kandungku!”

Han Houw tertawa girang dan turun dari atas pembaringan.
“Terima kasih, Liong-te. Aku memang sudah yakin engkau akan memenuhi permintaanku!”

“Dan sekarang, kau bebaskan dia!”

Han Houw bertepuk tangan dan muncullah lima orang pengawal.
“Carikan pakaian untuk nona ini. Cepat!”

Lima orang pengawal itu memberi hormat dan cepat keluar. Tak lama kemudian mereka telah datang kembali membawa pakaian yang diminta itu, kemudian mereka keluar lagi.

“Nah, kau boleh bebaskan dia dan memberi pakaian ini untuk kekasihmu itu, Liong-te. Aku menanti di luar.”

Setelah berkata demikian. Han Houw tersenyum dan melangkah keluar dari dalam kamar, sengaja menutupkan daun pintu, membiarkan Sin Liong berdua saja dengan Bi Cu di dalam kamar itu.

Bi Cu tadi mendengarkan semua percakapan itu akan tetapi dia tidak tahu betapa Sin Liong telah membikin putus semua belenggu kaki tangannya. Kini, dia merasa betapa Sin Liong melepaskan ikatan kedua tangan dan kakinya dan tiba-tiba dia merasa betapa jalan darahnya mengalir kembali dengan normal dan dia dapat menggerakkan kaki tangannya. Dia tidak tahu bahwa ketika melepaskan ikatan kedua pergelangan tangan tadi, seperti tidak sengaja jari tangan Sin Liong menekan punggung dan membebaskan totokan yang membuat Bi Cu lumpuh.

“Apa yang kau janjikan tadi, Sin Liong?”

Bi Cu berbisik ketika dia sudah terlepas dari ikatan dan kini memakai baju yang diberikan oleh Han Houw tadi.

Hanya bajunya saja yang dipakainya, karena celananya sendiri tidak terobek. Dia tidak perduli betapa pakaian dalamnya juga ikut robek, dan dia hanya menutupi tubuhnya dengan baju itu yang cukup tebal, baju seorang wanita petani yang kuat.

“Tidak apa-apa, Bi Cu. Engkau sudah bebas maka cepatlah engkau pergi jauh-jauh dari tempat ini.”

“Dan kau?”






“Aku tidak dapat ikut pergi.”

“Kalau begitu aku tidak mau! Kita berdua mengalami malapetaka, kita senasib, mana mungkin sekarang aku harus menyelamatkan diri sendiri dan meninggalkan engkau di tangan mereka yang jahat? Tidak, kita harus lari berdua, atau mati berdua. Mari kau ikut lari bersamaku!”

Bi Cu menengok ke arah jendela dan memegang tangan Sin Liong hendak ditariknya untuk diajak lari.

“Engkau tidak mungkin bisa melarikan diri seperti itu, Bi Cu. Tempat ini terkurung oleh pasukan. Engkau harus ambil jalan dari pintu, dan pergi biasa. Mereka tidak akan mengganggumu karena sudah berjanji kepadaku.”

“Tapi...”

Bi Cu membantah dan dia meloncat ke tepi jendela, membuka daun jendela dan memandang keluar. Benar saja, disana berdiri pasukan yang berbaris rapi dan ketat, dengan senjata di tangan.

“Ihhh...!” Dia menjerit lirih dan menutupkan kembali daun jendela. “Kau benar, banyak pasukan menjaga di sana.”

“Sudahlah, Bi Cu, kau pergilah, mari kuantar keluar. Kita harus berpisah disini sekarang, berpisah sementara. Aku harus ikut dengan mereka.”

“Tapi...” Bi Cu kini memegang kedua tangan Sin Liong dan memandang wajah pemuda itu. “Kapan kita dapat saling jumpa kembali...?”

Sin Liong tersenyum.
“Kita pasti berjumpa kembali kelak. Nah, kau pergilah dan hati-hatilah, Bi Cu, jangan bertualang dengan para pengemis itu, jangan mencari permusuhan karena di dunia ini banyak orang jahat yang lihai sekali. Mari kuantar kau keluar.”

Mereka lalu melangkah keluar, dan ternyata Han Houw telah menanti di luar. Melihat pangeran ini, sepasang mata Bi Cu bersinar penuh kemarahan dan kedua pipinya menjadi merah. Han Houw tersenyum, lalu menjura dengan lembut.

“Nona, harap kau maafkan segala yang telah terjadi tadi, percayalah aku tetap menghormatmu sebagai kekasih adik angkatku...”

“Houw ko! Hentikan ucapan seperti itu!” Sin Liong berseru marah.

Pangeran itu hanya tersenyum dan mengantar mereka keluar sampai di depan rumah, baru Bi Cu melihat bahwa di situ banyak sekali perajurit yang telah mengepung rumah sehingga kalau menggunakan kekerasan untuk melarikan diri jelas amat sukar.

“Nah, pergilah engkau, Bi Cu dan selamat jalan,” kata Sin Liong sambil melirik ke arah Kim Hong Liu-nio yang berdiri di samping.

“Tapi... tapi engkau...” Bi Cu berkata lirih.

“Jangan hiraukan aku, kita kelak akan saling jumpa kembali. Selamat jalan.”

“Ha-ha-ha, perpisahan antara dua orang yang diam-diam sudah saling mencinta, betapa mengharukan!” kata Han Houw.

Hampir saja Sin Liong lupa diri dan kedua tangannya sudah terkepal. Dia mendengar gerakan di sebelah kiri dan tahulah dia bahwa Kim Hong Liu-nio sudah siap untuk menerjang apabila dia menyerang sang pangeran.

“Houw-ko, engkau harus berjanji dulu bahwa engkau dan anak buahmu tidak akan mengganggu Bi Cu, kalau engkau tidak mau berjanji, sampai bagaimanapun aku tidak akan membawamu kepada Ouwyang Bu Sek!”

Melihat sikap pemuda ini dan mendengar suaranya yang keras dan mengandung ancaman, Han Houw lalu tersenyum dan berkata, mengangkat tangan kanannya dengan penuh lagak,

“Baik, aku berjanji bahwa aku dan anak buahku tidak akan mengganggu nona ini.”

Suaranya lantang sehingga terdengar oleh semua perajurit. Barulah lega hati Sin Liong mendengar ini.

“Nah, pergilah, Bi Cu.”

Nona itu nampak ragu-ragu, memandang kepada Sin Liong dengan khawatir, kemudian dia mengangguk dan berlari dari situ melalui jalan di mana berbaris pasukan di kanan kirinya. Setelah jauh, sebelum membelok, dia berhenti dan menengok, melihat Sin Liong masih berdiri mengikutinya dengan pandang matanya, dan di sebelah Sin Liong berdiri pangeran itu dan wanita cantik yang lihai itu. Kemudian dia melanjutkan larinya dan membelok di tikungan jalan, lenyap dari pandang mata Sin Liong yang menarik napas panjang karena hatinya merasa lega. Yang penting adalah keselamatan Bi Cu dan setelah dara itu bebas, barulah hatinya lega.

“Nah, kapan kita berangkat ke selatan?” tanyanya kepada Han Houw.

“Besok pagi-pagi, aku harus membereskan urusan di kota raja dulu dan berunding dengan suci.”

Sin Liong tidak perduli lagi dan memasuki kamar untuk beristirahat dan mencari jalan bagaimana sebaiknya menghadapi Ouwyang Bu Sek, karena dia telah berjanji dan dia harus berhasil membuat Han Houw diterima sebagai murid suhengnya itu.

**** 152 ****
Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: