***

***

Ads

Minggu, 02 April 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 187

Semua orang yang melihat peristiwa ini hanya tertawa dan menganggapnya lucu sekali bahwa ada dua orang dara yang diambil oleh pangeran bersikap demikian aneh dan berani menentang, juga berita tentang kebolehan pangeran itu menundukkan dua orang gadis itu segera tersiar di mana-mana dan orang-orang memuji kelihaian pangeran itu.

Setibanya di istana, Han Houw lalu menjanjikan kedudukan kepada Siong Bu, dan pemuda yang sejak tadi dalam kereta tidak berani menatap wajah dua orang piauw-moinya yang memandangnya penuh kebencian itu, menjadi girang bukan main. Apalagi ketika pangeran itu mengatakan bahwa kelak kalau dia sudah bosan, dia akan menyerahkan kembali dua orang gadis itu kepada Siong Bu!

Dan seperti telah diceritakan di bagian depan, Siong Bu bertemu dengan Beng Sin, terjadi perkelahian yang mengakibatkan tewasnya Siong Bu sehingga pemuda ini tidak sempat menikmati semua yang telah dijanjikan oleh pangeran kepadanya.

Sementara itu, biarpun sudah tertawan, kedua orang dara kembar itu tetap menolak dengan keras segala bujuk rayu Pangeran Ceng Han Houw! Mereka bertekad lebih baik mati daripada harus menuruti kehendak pangeran itu, yaitu menyerahkan diri secara suka rela kepadanya.

“Hemm, kalian benar-benar dua orang dara yang keras hati dan keras kepala!” Han Houw berkata sambil memandang dua orang dara yang masih lemas tertotok dan rebah di atas pembaringan kamamya itu. “Kalian telah memperoleh derajat tinggi menjadi pilihanku, dan kalian berani menolak? Hemm, kalau sekarang juga aku memperkosa kalian, apakah kalian dapat mengelak?”

Biarpun masih dalam keadaan tertotok dan tidak mampu bergerak, Kui Lan yang memandang dengan penuh kebencian itu berkata,

“Manusia rendah! Apa kau kira kami tidak akan mampu bunuh diri kelak? Kami telah tertawan, mau bunuh, mau apakan terserah, akan tetapi untuk menyerah dengan suka rela, jangan harap!”

Ceng Han Houw adalah seorang pemuda yang angkuh dan terlalu percaya kepada diri sendiri. Dia anggap dirinya terlalu tinggi. Sebagai seorang putera tunggal Raja Sabutai, kemudian sebagai putera Kaisar Kerajaan Beng-tiauw, bahkan kemudian diakui sebagai adik Kaisar Ceng Hwa yang amat menyayanginya, Han Houw menganggap dirinya seperti seorang pria yang tidak akan mungkin ditolak oleh wanita!

Semenjak masih di utara dulu, wanita manapun akan berlutut dan menyerahkan diri kepadanya secara suka rela dan penuh pasrah, bahkan penuh gairah. Dia amat membanggakan diri sendiri, kedudukannya, ketampanannya, kepandaiannya dan yang terakhir ini kepandaian silatnya. Setiap orang wanita, tidak perduli siapa, tentu akan berlutut dan siap melayaninya dengan gembira sekali begitu dia mengejapkan mata memberi isyarat, demikianlah anggapannya selalu.

Maka, dapat dibayangkan betapa marah dan penasaran, juga terhina dan tersinggung keangkuhannya ketika dia menghadapi dua orang dara kembar yang berani menolaknya ini! Padahal dua orang dara kembar itu hanyalah puteri seorang manusia rendah macam Kui Hok Boan! Dan juga dua orang dara kembar itu bukanlah wanita-wanita secantik bidadari, sungguhpun mereka itu amat manis. Dan mereka berani menampik dia! Hal ini benar-benar amat menyakitkan hati Ceng Han Houw.






Entah sudah berapa banyak wanita, baik perawan, janda maupun isteri orang, yang dengan suka rela jatuh ke dalam pelukannya dan melayaninya dengan senang hati. Pernah ada seorang wanita, ketika dia baru berada di istana Kerajaan Beng, yaitu puteri seorang pembesar kota raja yang menggerakkan berahinya, bersikap agak “jual mahal” pula terhadap dirinya. Dia merayunya dan setelah dia berhasil menundukkan wanita itu, yang kemudian berbalik malah amat mencintanya, untuk memperlihatkan kekuasaannya terhadap wanita, dia menyuruh wanita cantik ini menjilati sepatunya dan mengemis cintanya! Demikian sombong watak Han Houw yang terdorong oleh kebanggaannya akan diri sendiri.

Dan kini dua orang dara kembar itu menampiknya, bahkan berani memaki dan mengutuknya. Kebanggaannya, yang telah dibangunnya semacam benteng awan itu kini hancur oleh penolakan dua orang dara ini! Dia tidak sudi untuk melakukan perkosaan kepada wanita, karena perkosaan membuktikan bahwa wanita itu tidak mau kepadanya! Dan ini jelas merupakan pengakuannya bahwa dia kalah oleh wanita itu, bahwa wanita itu tidak mau tunduk kepadanya. Maka, dia tidak sudi memperkosa, dia masih belum putus asa. Dengan uring-uringan pangeran ini lalu keluar dari kamar itu, memerintahkan dua orang wanita pembujuk memasuki kamar itu untuk membujuk agar dua orang dara kembar itu suka melayaninya dengan suka rela.

Akan tetapi, begitu dua orang dara kembar itu terbebas dari totokan setelah jalan darahnya dengan sendirinya mengalir lancar, mereka mengamuk dan dua orang wanita tukang bujuk yang sedang membujuk-bujuk mereka, menggambarkan betapa enak dan senangnya menjadi selir-selir pangeran itu, lari sambil mengaduh-aduh, keluar dari kamar itu dengan mulut berdarah dan beberapa buah gigi mereka copot!

Kini marahlah Han Houw. Dia sendiri memasuki kamar itu dan ketika Lan Lan dan Lin Lin menyambutnya dengan serangan nekat, kembali dengan mudah dia merobohkan mereka dengan totokan. Dipanggilnya pengawal yang segera datang berlari-lari. Dua orang pengawal itu bersikap hormat dan menanti perintah.

“Belenggu kaki tangan mereka, akan tetapi perlakukan mereka dengan halus dan masukkan mereka ke dalam kamar tahanan di belakang!” perintahnya.

Dua orang pengawal itu cepat mengambil tali sutera dan membelenggu kaki tangan dua orang gadis yang lumpuh tertotok itu, kemudian dengan hati-hati mereka memanggul dua orang gadis itu keluar kamar. Mereka adalah pengawal-pengawal yang taat karena takut terhadap pangeran itu dan karena maklum bahwa dua orang gadis cantik ini adalah calon selir-selir pangeran, tentu saja mereka tidak berani bersikap kasar dan kurang ajar. Kepala pengawal yang dipanggil segera menghadap.

“Jaga mereka baik-baik jangan sampai lolos. Akan tetapi jangan ada yang bersikap kasar, biarkan mereka berdua sendiri saja di kamar tahahan dan jangan beri makan atau minum sampai mereka minta. Kalau mereka minta makan atau minum, jangan beri akan tetapi beri tahu padaku!”

Kepala pengawal memberi hormat dan menyatakan baik, kemudian pergi meninggalkan Han Houw yang masih panas hatinya. Sungguh dua orang dara kembar itu membuat dia kecewa dan marah sekali, juga amat tersinggung hatinya. Dua orang bocah dusun itu berani menampiknya!

Setiap malam Han Houw sengaja makan minum di dalam kamar tahanan itu untuk menyiksa dua orang dara yang tentu saja kelaparan itu! Dia sengaja melakukan ini tanpa bicara apa-apa, hanya makan dan minum dengan lahapnya. Maksudnya agar dua orang gadis itu tidak kuat bertahan lagi dan bertobat, tunduk dan menyerah kepadanya karena kehausan dan kelaparan memaksa mereka.

Namun, sejak malam pertama, Lan Lan dan Lin Lin selalu memandang kepada pemuda yang makan minum itu sama sekali bukan dengan mata penuh keinginan untuk makan dan minum itu, melainkan sebaliknya pandang mata mereka itu penuh dengan kebencian!

Mereka berdua sudah saling bermufakat untuk mempertahankan diri sampai mati, selagi masih hidup tidak akan menyerahkan diri kepada pangeran yang hanya tampan wajahnya namun buruk sekali wataknya itu. Dan andaikata mereka akhirnya diperkosa di luar kehendak mereka, mereka sudah bermufakat pula untuk membunuh diri begitu terbuka kesempatan! Pendeknya, jangan harap pangeran itu akan dapat membuat mereka menyerahkan diri secara suka rela!

Penyerahan diri seorang wanita memang terdorong atau didasari bermacam pamrih! Akan tetapi selama didasari pamrih, penyerahan diri itu adalah kotor dan rendah. Ada wanita menyerahkan diri kepada seorang pria karena menginginkan harta kekayaan, atau karena menginginkan kedudukan tinggi, ada pula yang menyerahkan diri kepada seorang pria karena dorongan nafsu berahi semata. Hubungan badan dengan dasar seperti ini adalah kotor. Hanya kalau ada cinta kasih, maka segala perbuatan, termasuk hubungan badan antara wanita dan pria, adalah indah dan wajar dan benar.

Ceng Han Houw adalah seorang pemuda yang memiliki segala-galanya dalam keduniawian. Berkedudukan tinggi, kaya raya, tampan, masih muda, dan memiliki kepandaian tinggi, baik dalam hal bun (sastera) dan bu (silat). Akan tetapi semua itu tidak ada artinya, bahkan hanya mendatangkan kerusakan dan kekacauan belaka, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, selama dia tidak memiliki batin yang bersih. Batinnya kotor oleh nafsu-nafsu keinginan yang berupa nafsu ingin menang sendiri! Ingin tinggi sendiri, nafsu berahi dan sebagainya.

Dia begitu sombong sehingga dia menganggap semua wanita pasti akan bertekuk lutut di depannya, bahwa semua wanita pasti akan dengan senang dan suka rela menyerahkan diri kepadanya kalau dia menghendakinya! Sungguh suatu pandangan yang sesat karena keangkuhan!

Sekali ini dia kecelik, karena sampai tiga hari tiga malam, biarpun setiap malam dia menggoda dengan makan minum di depan dua orang dara kembar itu, Lan Lan dan Lin Lin tetap saja tidak mau tunduk, tidak pernah minta-minta air atau makan, biarpun tubuh mereka sudah mulai lemas dan setengah pingsan setelah lewat tiga hari tiga malam!

.**** 187 ****
Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: