***

***

Ads

Jumat, 21 April 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 248

Perkelahian yang terjadi sekali ini sungguh amat hebat. Baru belasan jurus saja semua orang tahu bahwa dua orang pemuda itu memang memiliki ilmu yang sama tingginya dan sama anehnya, akan tetapi pandang mata Bun Houw, Yap Kun Liong dan In Hong yang tajam dapat melihat betapa dalam beberapa kali pertemuan lengan, ternyata bahwa dalam hal sin-kang, agaknya Sin Liong masih menang kuat, terbukti dari tubuh pangeran itu yang selalu tergetar dan terguncang sedangkan tubuh Sin Liong sama sekali tidak terpengaruh oleh adu tenaga itu.

Sin Liong bertanding dengan penuh semangat dan dia mengerahkan seluruh tenaga, mengeluarkan semua kegesitannya. Dia berkelahi bukan semata-mata untuk dirinya sendiri, melainkan terutama sekali untuk Bi Cu. Sudah beberapa kali kekasihnya itu hampir tewas oleh pangeran ini, maka kini dia bertindak mewakili kekasihnya itu untuk mengenyahkan pangeran jahat ini dari permukaan bumi! Selain itu, juga dia hendak membela ayah kandungnya yang tadi terdesak oleh pangeran ini dan dia tahu bahwa kalau dilanjutkan, tentu pendekar sakti Cia Bun Houw itu akan kalah pada akhirnya.

Betapapun juga, dia tidak rela melihat orang yang menjadi ayah kandungnya itu dibikin malu dan dikalahkan di depan umum. Tadi dia telah mendengar betapa Han Houw membongkar rahasia ayah kandungnya, dan ketika dia mendengar jawaban Cia Bun Houw, tahulah dia sekarang! Ayah kandungnya itu sama sekali tidak bersalah! Bahkan ayah kandung itu tidak tahu bahwa dia dilahirkan! Juga hubungan antara ayah kandungnya dan ibunya adalah hubungan yang dipaksakan oleh muslihat yang amat curang dari guru Pangeran Ceng Han Houw!

Rasa girang oleh kenyataan bahwa Cia Bun Houw sama sekali tidak menyia-nyiakan ibunya bercampur dengan perasaan duka dan pahit bahwa dia sesungguhnya adalah seorang anak haram, seorang anak yang dilahirkan tanpa ayah, dilahirkan dari ibu yang tidak dinikah dan dilahirkan sebagai akibat hubungan yang tidak disadari oleh orang yang menjadi ayahnya! Betapa hal ini menusuk hatinya dan kini dia hendak memperlihatkan dirinya di depan orang banyak bahwa biarpun dia orang rendah, anak haram, anak yang tidak mengenal ayahnya, adalah orang yang akan mampu menundukkan pangeran yang amat lihai itu!

Oleh karena inilah Cia Sin Liong menyerang dengan sepenuh tenaga dan kemampuannya. Pertama-tama dia mempergunakan San-in Kun-hoat yang dipelajarinya dari kakeknya, dicampur dengan Thian-te Sin-ciang.

Melihat betapa pemuda itu dapat mengombinasikan dua ilmu ini dengan amat baiknya, para anggauta keluarga Cin-ling-pai memandang dengan girang dan bangga. Pemuda itu sungguh tahu diri dan agaknya memang ingin menjunjung tinggi nama Cin-ling-pai maka dia menghadapi lawan yang tangguh ini dengan ilmu-ilmu Cin-ling-pai.

Hanya Lie Ciauw Si yang menonton dengan alis berkerut, muka pucat dan bibirnya gemetar. Dia merasa serba salah. Dia mengkhawatirkan keadaan suaminya, akan tetapi perkelahian itu terjadi dengan adil, satu lawan satu, maka diapun tidak dapat berbuat apapun. Pula, dia tahu bahwa suaminya berada di fihak salah dan bahwa suaminya sudah memperlakukan Sin Liong secara keterlaluan. Masih teringat dia betapa Sin Liong yang mengajak pangeran itu ke selatan untuk mencarl Ouwyang Bu Sek, karena suaminya ingin mempelajari ilmu-ilmu yang diajarkan oleh kakek itu kepada Sin Liong demikian yang didengarnya.

Dan kini, setelah suaminya itu memperoleh ilmu yang tinggi, suaminya malah memperlakukan Sin Liong tidak semestinya, hendak memaksa pemuda itu membantunya dengan jalan menawan Bi Cu. Tak disangkanya bahwa pangeran yang dicintanya itu memiliki watak yang demikian curang dan palsu. Baru sekarang semua watak buruk itu terungkapkan dan dia merasa berduka dan gelisah sekali.

“Hyaaaattt...!”






Sin Liong menyerang seperti seekor naga menyambar dari angkasa. Tangan kanannya menampar dengan tenaga Thian-te Sin-ciang, dan dia terus mendesak lawan, kini dia mempergunakan Ilmu Thai-kek Sin-kun yang ampuh!

Melihat serangan bertubi-tubi yang dahsyat ini, Ceng Han Houw bersikap tenang dan dia cepat merendahkan diri dengan menekuk lutut kirinya sampai rendah sekali, kemudian setelah dia mengelak beberapa kali dan menangkis, diapun balas menyerang dengan pukulan-pukulan dahsyat dari bawah yang mengarah lambung dan pusar lawan.

Sin Liong maklum akan bahayanya serangan balasan lawan, maka dia cepat meloncat dan membalikkan tubuhnya, tubuhnya itu dari atas meluncur turun dan kedua tangannya membentuk cakar naga menyerang dengan cengkeraman maut ke arah kepala lawan.

Namun, dengan gerakan indah pangeran itu dapat menggulingkan tubuhnya ke atas lantai dan menghindarkan cengkeraman itu, karena untuk ditangkis terlalu besar bahayanya baginya. Setelah dia meloncat bangun, dia memapaki tubuh Sin Liong yang baru turun itu dengan pukulan bertubi-tubi sambil memutar tubuh. Itulah jurus yang ampuh dari ilmu Hok-liong Sin-ciang (Tangan Sakti Penakluk Naga).

Sin Liong kini terdesak dan pemuda ini berlompatan dan memutar-mutar tubuhnya pula, gerakannya seperti seekor naga. Memang pantas sekali Sin Liong diumpamakan sebagai seekor naga sakti dari Lembah Naga, dan pangeran itu berusaha menaklukkannya.

Akan tetapi naga ini hebat bukan main dan ilmu penakluk naga itu sama sekali tidak mampu mendesak terus, apalagi menaklukkan. Sin Liong membalas dengan tamparan-tamparan sakti Thian-te Sin-ciang sehingga desakan pangeran itu membuyar karena pangeran itu harus melindungi dirinya baik-baik kalau dia tidak mau kepalanya pecah terkena sambaran tamparan Thian-te Sin-ciang yang ampuh.

Demikianlah, dua orang pemuda itu saling serang, saling desak dan keadaan mereka benar-benar seimbang dan sama cepatnya, sama gesitnya, sama kuat dan sama-sama menguasai semua gerakan mereka dengan baik. Juga mereka bertanding dengan kemantapan yang membuat setiap serangan dan tangkisan atau elakan nampak indah sekali.

Semua yang menonton pertandingan itu tiada hentinya memuji, bahkan kaum tua yang sudah berpengalaman dan menyaksikan pertandingan itu sampai menahan napas saking kagumnya. Tak pernah mereka sangka bahwa di dunia persilatan muncul dua orang muda yang memiliki kepandaian sedemikian hebatnya!

Mereka berdua itu benar-benar merupakan tandingan yang seimbang, baik usianya, gagah dan tampannya, dan pandainya. Tadi ketika pangeran itu melawan Cia Bun Houw, masih terdapat kepincangan karena Cia Bun Houw adalah pendekar yang dianggap sudah memiliki banyak sekali pengalaman. Jangankan sampai dapat mendesak atau bahkan hampir mengalahkan pendekar Cin-ling-pai itu, baru dapat mengimbangi saja sudah amat mengagumkan.

Dengan terdesaknya Cia Bun Houw, semua tamu dari tingkat atas mulai meragukan keampuhan Cin-ling-pai sebagai partai persilatan yang terkenal sekali, karena Cia Bun Houw dianggap mewakili Cin-ling-pai dan merupakan jagoan yang paling ahli dengan ilmu-ilmu Cin-ling-pai.

Akan tetapi, setelah kini Cia Sin Liong maju, pemuda yang kini dikenal sebagai putera Cia Bun Houw dan yang kini juga bersilat dengan ilmu-ilmu Cin-ling-pai, bahkan kini memainkan Thai-kek Sin-kun dengan mahirnya, pandangan mereka terhadap Cin-ling-pai sudah naik lagi. Ternyata Cin-ling-pai masih mempunyai keturunan terakhir yang amat lihai!

Sin Liong memang sengaja hanya memainkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya dari kakeknya dan Kok Beng Lama saja, karena selain dia hendak memperlihatkan bahwa apa yang dipelajarinya dari dua orang kakek yang disayangnya itu tidak sia-sia dan dia dapat menjujung nama mereka dengan ilmu-ilmu yang telah diberikannya kepadanya itu, juga dia tahu benar bahwa selama pangeran itu tidak mainkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya dari kitab-kitab Bu Beng Hud-couw, maka dia akan dapat menanggulanginya dengan ilmu-ilmu pemberian kakeknya dan Kok Beng Lama, bahkan akan mampu untuk mengalahkannya.

Setiap kali pangeran itu menghujankan pukulan, kadang-kadang dia bahkan menggunakan Thi-khi-i-beng untuk memunahkan semua serangan, karena dengan Thi-khi-i-beng, pangeran itu tidak berani melanjutkan serangannya dan setiap kali tangannya melekat dan tersedot, dia menggunakan ilmu yang pernah diterimanya dari subonya, yaitu ilmu melemaskan diri mengosongkan tangan yang tertempel sehingga tidak mengandung sin-kang lagi dan mudah terlepas.

“Anak itu hebat sekali, berbakat baik!”

Yap Kun Liong memuji. Cia Giok Keng dan Yap In Hong, yang juga menonton dengan hati tegang, mengangguk membenarkan.

Pangeran Ceng Han Houw sejak tadi memang tidak mengeluarkan ilmu simpanannya, karena dia menghendaki agar lawannya itu lebih dulu mengeluarkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya dari Bu Beng Hud-couw di bawah bimbingan Ouwyang Bu Sek itu, akan tetapi alangkah kecewa dan marahnya ketika dia melihat bahwa Sin Liong hanya mengeluarkan ilmu-ilmu seperti yang dimainkan oleh Cia Bun Houw tadi.

Biarpun permainan Sin Liong dalam hal ilmu-ilmu itu tidaklah sehebat Bun Houw, akan tetapi karena Sin Liong memiliki tenaga yang luar biasa kuatnya dan karena Han Houw tidak atau belum mengeluarkan ilmu-ilmunya yang dirahasiakan, pangeran itu kewalahan dan kalau dilanjutkan, akhirnya dia tentu akan kalah. Oleh karena itu, gagal memancing Sin Liong mengeluarkan ilmu simpanan lebih dulu untuk dipelajarinya, Ceng Han Houw tiba-tiba mengeluarkan bentakan aneh dan nyaring dan tiba-tiba tubuhnya sudah menubruk ke depan dan dia sudah mulai mainkan Ilmu Hok-liong Sin-ciang yang amat ampuh dan yang tadi telah membuat Bun Houw sendiri terkejut dan kewalahan itu!

Sin Liong sudah berjaga-jaga karena dia sudah selalu waspada. Menyaksikan perubahan gerak tubuh lawan, dan melihat betapa dahsyatnya angin pukulan yang menyambar ke arahnya, maklumlah dia bahwa inilah ilmu simpanan yang dipelajari pangeran itu di dalam gua-gua dari kitab-kitab Bu Beng Hud-couw! Maka diapun lalu mencondongkan tubuh atas ke belakang, dan dari mulutnya keluar pula gerengan seperti seekor naga marah dan kedua tangannya membuat gerakan menyilang dan dari gerakan ini menyambarlah dua angin pukulan bersilang yang selain amat kuat dan mampu menangkis serangan Han Houw, juga telah menggulung pukulan itu dan membalas dengan tamparan yang amat kuatnya pula!

“Uhhh!”

Ceng Han Houw terkejut dan cepat dia membuang diri ke belakang dan sejenak dia berdiri memandang dengan mata terbelalak. Para tokoh kang-ouw yang menonton dengan asyik tidak tahu bahwa ada dua jurus aneh yang berbeda dengan tadi telah dikeluarkan oleh masing-masing, namun para tokoh Cin-ling-pai yang tentu saja tadi mengenal gerakan Sin Liong ketika pemuda itu mainkan ilmu-ilmu Cin-ling-pai, kini tahu bahwa pemuda itu telah menggunakan jurus yang amat aneh, yaitu ketika dia mencondongkan tubuh ke belakang dan kedua tangannya membuat gerakan menyilang tadi.

Dan kini berturut-turut dua orang pemuda itu mengeluarkan jurus-jurus yang aneh, yang mendatangkan angin dahsyat dan yang mengeluarkan bunyi bersiutan dan bahkan kadang-kadang nampak asap atau uap tebal mengepul dari kedua tangan mereka!

Dan memang pangeran Ceng Han Houw sudah mainkan Hok-liong Sin-ciang dengan penuh rasa penasaran sedangkan Sin Liong sudah menghadapinya dengan Hok-mo Cap-sha-ciang! Dan ternyata bahwa semua serangan pangeran itu dapat dibuyarkan, bahkan ketika Sin Liong membalas, pangeran itu terhuyung-huyung ke belakang!

“Keparat!” pikir Ceng Han Houw dan kembali dia memekik, sekali ini tubuhnya seperti berubah kaku dan meluncurlah tubuhnya itu ke depan.

Dia menyerang bukan hanya dengan gerakan tangan atau kaki, melainkan dengan tubuh meloncat atau meluncur ke depan dalam keadaan kaku dan lurus, dan kedua tangan yang di depan itu terbuka jari-jarinya dan tidak diketahui apakah dia hendak memukul, menampar, menusuk atau mencengkeram! Ini merupakan satu diantara jurus-jurus Hok-liong Sin-ciang yang paling lihai.

Sin Liong agak terkejut menghadapi serangan aneh ini. Tubuh pangeran itu seolah-olah berubah menjadi sebatang tombak raksasa yang dilontarkan ke arah dadanya! Akan tetapi, kalau tombak, betapapun besarnya, hanya merupakan benda mati saja dan tentu dapat dihindarkannya dengan mengelak atau menolak dari samping. Sedangkan yang meluncur ini adalah seorang manusia, dan bukan manusia sembarangan, melainkan Ceng Han Houw yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, tenaga sin-kang yang amat kuat, dan kecurangan yang membahayakan.

Maka Sin Liong tidak mau mengelak, melainkan dia memasang kuda-kuda dengan kuatnya, lalu dia bergerak melakukan jurus yang ampuh dari Hok-mo Cap-sha-ciang, menggerakkan kedua lengan dari bawah ke atas, seolah-olah dia menyedot tenaga bumi dan langit, kemudian dengan bentakan nyaring dia menyambut luncuran tubuh lawan itu dengan kedua tangan didorongkan ke depan, dengan jari-jari terbuka. Inilah yang dinamakan menyambut keras lawan keras dan untuk ini tentu saja diandalkan kepada tenaga sepenuhnya.

Melihat ini, pangeran itu terkejut. Tak disangkanya lawan akan menggunakan kekerasan. Dia tadinya mengharapkan Sin Liong untuk mengelak atau menangkis, dan kalau hal itu terjadi, tentu dia akan lebih mudah untuk merubah gerakan tangan dan dengan demikian dia mengharapkan untuk dapat mengelabuhi dan memukul lawan.

Siapa kira, pemuda itu agaknya nekat menyambutnya dengan kekerasan juga, dengan dorongan kedua tangannya yang disertai pengerahan tenaga sin-kang! Apa boleh buat, terpaksa pangeran itupun mengerahkan tenaga pada kedua lengannya dan membuka lengan untuk menyambut atau menahan dorongan lawan. Dua pasang telapak tangan yang sama kuatnya bertemu di udara dengan tenaga sepenuhnya.

“Desss...!” bukan main hebatnya pertemuan dua pasang tangan itu.

Semua tamu sampai merasa betapa ada hawa pukulan kuat mengguncang mereka dan bumi seperti tergetar.

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: