***

***

Ads

Sabtu, 04 Maret 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 089

Pada waktu itu, semua keluarga dari bekas ketua Cin-ling-pai sedang berduka dan dibangkitkan kembali kedukaan dan keharuan mereka oleh kedatangan Cia Giok Keng. Mereka sedang bertangisan sehingga tidak ada yang memperhatikan kedatangan kakek cebol itu.

Akan tetapi Sin Liong yang sejak tadi memandang ke arah para keluarga yang bertangisan itu, melihat kakek ini diantara para tamu dan dia merasa terkejut dan tertarik sekali. Keanehan bentuk tubuh kakek ini sungguh amat menonjol di antara para tamu sehingga dia diam-diam memperhatikan ketika kakek itu seperti para tamu yang lain menghampiri peti dengan langkah-langkah yang pendek dan lucu.

Akan tetapi, tidak seperti para tamu lain yang memberi penghormatan kepada jenazah dengan hio menyala di tangan, tamu aneh ini hanya berdiri tegak di depan peti jenazah dan tiba-tiba dia mengeluarkan kata-kata yang cukup lantang.

“Cia Keng Hong, engkau sungguh seorang pengecut besar! Setelah susah payah puluhan tahun aku mempelajari ilmu dan kini datang berkunjung, engkau melarikan diri melalui kematian. Huh, kalau tidak merusak tubuhmu dalam peti, hatiku selamanya akan merasa penasaran!”

Mendengar ini, semua orang terkejut dan terutama sekali Cia Bun Houw dan Cia Giok Keng sudah meloncat berdiri dan menengok ke arah tamu aneh itu dengan sinar mata berapi karena marahnya. Akan tetapi, sebelum mereka sempat bergerak, tiba-tiba terdengar suara gerengan aneh seperti seekor binatang buas yang marah, disusul teriakan,

“Jangan ganggu jenazah kakekku!”

Penyerangan yang dilakukan oleh Sin Liong menyusul teriakannya itu mengejutkan Ouwyang Bu Sek. Tak disangkanya bahwa anak yang tadi bersila di dekat peti mati, tiba-tiba saja meloncat dan menerkamnya seperti seekor binatang buas. Ouwyang Bu Sek melihat betapa anak itu memiliki tenaga sin-kang yang amat luar biasa, pukulan dalam terkamannya itu mendatangkan angin berdesir menuju arahnya.

Dia kagum dan kaget, juga girang menghadapi anak yang mengaku cucu dari musuh besarnya itu. Kalau tidak dapat membalas kepada Cia Keng Hong, kini dapat menangkap cucunya juga sudah baik, pikirnya. Maka dia mendiamkan saja anak itu menyerangnya, kemudian setelah terkaman datang dekat, tiba-tiba dia menggerakkan tangan kirinya menangkap pundak Sin Liong.

“Dess! Desss!”

Pukulan kedua tangan Sin Liong itu dengan tepat mengenai tubuh kakek cebol itu, akan tetapi alangkah kagetnya hati Sin Liong ketika merasa betapa kedua pukulannya itu seperti dua buah batu dilempar ke dalam air. Tenaganya amblas dan pukulannya mengenai tubuh yang lunak dan yang membuat tenaga pukulan buyar, dan tahu-tahu dia sudah kena dipegang dan dicengkeram pundaknya.

Ketika Sin Liong hendak mengerahkan tenaga dari pusar, tiba-tiba saja tubuhnya menjadi lemas dan dia tidak mampu bergerak lagi karena kaki tangannya seperti lumpuh, semua jalan darahnya seperti tiba-tiba menjadi kacau dan dia tidak mengerahkan tenaga lagi!

“Jahanam berani engkau mengacau di sini!”






Bun Houw sudah membentak dan sambil meloncat dia telah mengirim pukulan jarak jauh ke arah kakek cebol itu.

Melihat ada pukulan jarak jauh yang mengeluarkan suara mencicit seperti itu, Ouwyang Bu Sek terkejut dan kagum. Hebat, pikirnya dan dia menggunakan tangan kirinya mengebit. Dua tenaga sakti bertemu di udara dan biarpun kakek cebol itu berhasil menangkis pukulan Bun Houw, namun dia terkejut karena tangan kirinya tergetar.

Pada saat itu, terdengar bunyi lengking nyaring dan Yap In Hong sudah menyerang dari depan. Kembali kakek itu melihat tenaga dahsyat sekali seperti angin puyuh menerjangnya! Diapun cepat menggerakkan tangan kirinya mengebut dan kembali pukulan In Hong yang dilakukan sambil menerjang ke depan itu dapat ditangkisnya, dan juga sekali ini Ouwyang Bu Sek terkejut karena wanita cantik itu memiliki tenaga yang tidak kalah dahsyatnya dibandingkan dengan penyerang pertama.

“Orang tua, siapa engkau dan mengapa engkau berani mengacau di sini?”

Tiba-tiba terdengar bentakan halus dan Ouwyang Bu Sek makin kaget karena tahu-tahu suara itu telah berada di belakangnya dan ketika dia membalik, dia melihat seorang laki-laki gagah berusia kurang dari lima puluh tahun yang gerakannya mendatangkan angin dahsyat ketika orang itu mengulurkan tangan menepuk ke arah pundaknya. Ternyata orang inipun lihai bukan main, dapat bergerak tanpa diketahuinya, bahkan gerakan tangannya itu sama sekali tidak mendatangkan angin atau suara ketika menuju ke pundak, tahu-tahu sudah dekat dan mengandung kekuatan dahsyat!

Cepat dia mengelak dan meloncat mundur. Ketika dia melihat mereka itu menghampirinya dari depan dengan langkah-langkah ringan dan pandang mata penuh kemarahan, dia menjadi jerih juga. Bukan main, pikirnya. Keluarga Cia ini memang hebat! Kalau hanya melawan mereka satu demi satu, tentu saja dia tidak akan gentar. Akan tetapi kalau harus menghadapi pengeroyokan orang-orang yang memiliki kepandaian seperti mereka, biarpun dia sudah memiliki kesaktian hebat, dia tahu bahwa akhirnya dia yang akan celaka.

“Ha-ha-ha! Berhenti kalian semua! Kalau tidak, serangan kalian akan mengenai tubuh anak ini!”

Dia mengangkat tubuh Sin Liong dan mempergunakan tubuh itu sebagai perisai. Melihat ini, Yap Kun Liong yang tadi merupakan penyerang terakhir, cepat berhenti dan demikian pula para pendekar itu berhenti melangkah. Mereka semua adalah orang-orang yang berjiwa pendekar. Biarpun mereka tidak senang kepada Sin Liong, akan tetapi mereka melihat betapa Sin Liong adalah orang yang pertama kali membela jenazah itu dan mungkin saja kakek cebol itu tadi sudah berhasil merusak jenazah kalau tidak dihalangi dan diserang oleh Sin Liong, maka kini mereka tidak berani turun tangan terhadap kakek itu yang sudah menawan Sin Liong.

Kakek cebol itu jelas memiliki kepandaian tinggi, maka kalau mereka nekat menyerang dan kakek itu mempergunakan tubuh Sin Liong sebagai senjata atau perisai, tentu anak itu yang akan kena pukulan.

“Ha-ha-ha, dengarlah baik-baik, kalian keluarga dari Cia Keng Hong! Aku Ouwyang Bu Sek, mewakili keluarga Ouwyang dan kedatanganku tadinya hendak menagih hutang nyawa kepada Cia Keng Hong. Akan tetapi dia sudah mati dan dia menebus dosanya dengan menyerahkan cucunya ini kepadaku. Ha-ha, biarlah aku menerimanya dan hitung-hitung sudah lunas hutangnya kepada keluarga Ouwyang!”

Setelah berkata demikian, kakek itu meloncat dan semua orang terkejut karena kakek itu ternyata dapat bergerak cepat bukan main, loncatannya membawanya melayang jauh dan dia lalu melarikan diri sambil membawa Sin Liong.

Yap Kun Liong mengerutkan alisnya.
“Ouwyang...? Ah, kiranya keluarga dari dia si jahat itu...!”

Semua orang mendekati pendekar ini.

“Siapakah yang kau maksudkan, Yap twako?” tanya Bun Houw.

“Dahulu ada musuh besar ayahmu yang bernama Ban-tok Coa-ong Ouwyang Kok, seorang di antara datuk-datuk kaum sesat dari utara. Ouwyang Bu Sek tadi tentu masih keluarganya yang datang untuk membalas dendam,” jawab Yap Kun Liong.

“Dan dia telah membawa pergi Sin Liong!” In Hong berkata dengan suara menyesal.

“KITA tidak mampu mencegahnya,” kata pula Cia Giok Keng penasaran.

“Biarlah aku akan mengejarnya dan merampas kembali anak itu, ibu,” kata Lie Seng dengan penuh semangat.

“Benar kata sute, biarlah aku membantunya. Kami tentu akan dapat merampas kembali anak itu, ayah!” kata Yap Mei Lan kepada ayahnya.

Yap Kun Liong menggeleng kepalanya dan mengerutkan alisnya.
“Kukira tidak bijaksana itu. Merampas kembali anak itu dengan kekerasan bahkan mungkin akan membahayakan nyawa anak itu. Kurasa kakek cebol itu tidak akan membunuh anak itu, karena kalau dia berniat demikian, tentu tadi sudah dibunuhnya. Dia hanya ingin mempergunakan Sin Liong tadi sebagai sandera agar dia dapat lari dari sini dan mungkin dia hendak membalas dengan cara menculik anak itu agar kita menjadi berduka. Dia tidak tahu bahwa anak itu bukan keluarga Cia, bukan cucu dari musuh besarnya.”

Semua orang teringat kini betapa tadi Sin Liong berteriak agar kakek itu jangan mengganggu jenazah kong-kongnya, jadi anak itu seolah-olah mengaku sebagai cucu Cia Keng Hong. Kakek cebol itu telah salah mengerti, mengira bahwa Sin Liong adalah cucu ketua Cin-ling-pai!

“Kalau begitu, biarkan sajalah,” kata Bun Houw yang merasa tidak suka kepada anak itu. “Anak itu hanya mendatangkan sial belaka, bahkan urusan sampai berlarut-larut, keluarga kita terperosok ke dalam permusuhan pula, sampai-sampai ayah turun tangan dan menghadapi lawan, semua adalah gara-gara bocah itu. Biarlah, memang dia lebih pantas berdekatan dengan orang-orang macam kakek ibils tadi.”

Semua orang tidak ada yang mau membantah, karena merekapun tidak mengenal siapa sebenarnya Sin Liong, anak yang demikian disayang oleh mendiang Cia Keng Hong sehingga ditarik sebagai muridnya.

Mereka semua sama sekali tidak pernah menduga bahwa anak yang bernama Sin Liong itu oleh kakek Cia Keng Hong telah dipilih untuk menjadi ahli warisnya dan telah diberi pelajaran seluruh ilmu yang dimilikinya, walaupun sebagian besar hanya baru dipelajari teorinya saja. Dan tentu saja mereka, terutama Bun Houw, tidak pernah mimpi bahwa anak itu adalah benar-benar cucu dari ayahnya, karena anak itu adalah anak kandungnya!

**** 089 ****
Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: