***

***

Ads

Senin, 13 Februari 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 039

“Aku sendiri mendengar kalian tadi bicara tentang seorang she Cia disini. Hayo mengaku, siapa she Cia di antara kalian?”

Sejak tadi Sin Liong diam saja dan hanya memandang dengan matanya yang terbelalak lebar. Dia tidak takut kepada wanita ini, dan dia tahu bahwa dialah she Cia. Kini dia merasa heran mengapa ayah angkatnya yang membencinya itu tidak mau menyerahkan dia kepada wanita iblis itu. Bukankah wanita ini yang tadi diceritakan oleh Siong Bu dan yang hendak membunuh semua orang she Yap, Tio dan Cia? Kenapa ayah angkatnya tidak mau mengaku terus terang saja agar dia dibunuh oleh wanita itu? Dan dia melirik ke arah Siong Bu. Juga anak ini sama sekali tidak membuka mulut!

“Hayo katakan, kalau tidak, akan kusiksa kalian seorang demi seorang!”

Wanita itu kembali melayangkan pandang matanya, dari Hok Boan yang pucat mukanya sampai kepada semua anak yang tertunduk dan ketakutan. Hanya Sin Liong seorang yang berdiri dengan tegak, memandangnya dengan penuh keberanian.

Kim Hong Liu-nio merasa heran dan mengerutkan alisnya, hatinya tidak senang dan tidak puas melihat seorang anak laki-laki yang tidak kelihatan takut kepadanya! Padahal anak inilah yang tadi dirangket oleh Hok Boan, dicambuki dan sedikitpun anak itu tadi tidak mengeluh, padahal dari baju anak itu dapat dilihat bahwa punggungnya pecah-pecah kulitnya dan berdarah! Lalu dia menoleh kepada Siong Bu yang tertunduk dan matanya melirik ke arah pamannya. Melihat wajah anak ini tampan dan mirip dengan wajah Hok Boan, Kim Hong Liu-nio mendapatkah akal.

“Hayo katakan, kalau tidak, anak ini akan kusiksa lebih dulu!” katanya sambil menghampiri Siong Bu.

Anak laki-laki yang tadinya memang sudah merasa ngeri dan ketakutan menyaksikan sepak terjang wanita iblis ini, kini menggigil kedua kakinya dan mukanya menjadi pucat sekali.

“Bukankah engkau tadi yang bilang tentang orang she Cia? Hayo katakan, dimana dia, kalau tidak, telingamu ini akan kucabut putus!”

Berkata demikian, Kim Hong Liu-nio mencubit telinga kiri Siong Bu. Anak itu makin ketakutan dan menggeleng-geleng kepala tak mampu mengeluarkan suara. Diam-diam Sin Liong merasa makin heran dan juga terharu. Biasanya, Siong Bu begitu kasar dan jahat terhadap dirinya, dianggap selalu memusuhinya, akan tetapi mengapa sekarang, biarpun diancam secara hebat, Siong Bu tidak mau mencelakainya dengan menunjukkan she-nya kepada wanita iblis itu? Dia tidak tahu bahwa dalam batin Siong Bu juga terdapat benih kegagahan yang tidak mau berbuat khianat!

“Harap jangan ganggu dia...!” Tiba-tiba Hok Boan berseru dan melangkah maju menghampiri wanita itu.

Kim Hong Liu-nio melepaskan Siong Bu, lalu membalikkan tubuhnya dengan perlahan, tersenyum dan mengangguk-angguk kepada Hok Boan.

“Hemmm, jadi engkau berani menentangku, ya? Kau kira sukar bagiku untuk membasmi kalian sekeluarga kalau aku menghendaki? Kalau aku membunuh anak ini, kau mau apa?”

“Kouwnio, harap jangan mengganggu kami sekeluarga. Percayalah, kami tidak mempunyai hubungan dengan musuh-musuhmu...”

“Kalau aku tetap hendak mengganggu keluargamu, kau mau apa, Kui Hok Boan?”






Hok Boan adalah orang yang biasanya amat mengandalkan kepandaian sendiri, bahkan biasanya dia memandang rendah orang lain karena percaya bahwa ilmu kepandaiannya sudah tinggi dan jarang menemui tanding. Biarpun dia tahu bahwa wanita ini amat lihai dan mungkin sekali dia tidak akan mampu menandinginya, akan tetapi karena dia didesak dan diejek terus, ditantang secara terang-terangan seperti itu, mukanya yang pucat tadi kini perlahan-lahan berubah memerah.

“Apa yang akan dilakukan orang kalau keluarganya diganggu? Tentu saja dia akan melawan sedapatnya!” katanya dengan sikap gagah, dan dadanya agak diangkat sedikit.

“Bagus! Sudah lama aku mendengar bahwa ilmu silat yang kau warisi dari Go-bi-pai itu amat lihai. Nah, coba kau hadapi seranganku, apakah engkau dapat bertahan sampai sepuluh jurus?”

“Kouwnio, kami menyambut kedatangan kouwnio sebagai tamu yang kami hormati, dan saya sama sekali tidak hendak bermusuhan dengan kouwnio...”

“Cukup! Kau lekas katakan siapa orang she Cia itu atau kau harus menghadapi aku sampai sepuluh jurus!”

Melihat sikap wanita itu yang mendesak pamannya, Beng Sin diam-diam lalu merangkak ke pintu, hendak lari keluar dan melapor kepada bibinya. Dia tahu bahwa bibinya juga lihai, kabarnya tidak kalah lihai daripada pamannya, maka kalau bibinya itu membantu pamannya dan mereka berdua maju menghadapi wanita iblis ini, agaknya tidak akan kalah.

“Kemana kau?”

Tiba-tiba wanita itu membentak, tangannya bergerak ke arah pintu dan... aneh sekali, tanpa disentuh, tubuh Beng Sin yang gemuk itu terjengkang seperti ditarik dan bergulingan masuk kembali ke dalam ruangan itu. Melihat ini, terdengar Lan Lan dan Lin Lin menjerit. Akan tetapi ternyata Beng Sin hanya kaget saja dan sedikit sakit karena terbanting, selain itu dia tidak terluka apapun.

“Kouwnio, engkau terlalu mendesak orang!”

Hok Boan berseru marah melihat keponakannya, yang sebetulnya juga puteranya yang gemuk itu dirobohkan, maka dia lalu menerjang dengan kepalan tangannya, menyerang wanita itu.

“Hemm, ini adalah Hek-wan-hian-ko... (Lutung Hitam Memberi Buah) dari Go-bi-pai, bukan? Tidak terlalu jelek... tidak terlalu jelek...”

Kim Hong Liu-nio berkata sambil melangkah mundur dan menangkis serangan itu. Hok Boan terkejut karena baru saja bergerak ternyata lawan telah dapat mengenal jurus ilmu silatnya, akan tetapi karena memang dia dapat menduga wanita ini lihai sekali, dia tidak perduli dan menyerang terus dengan jurus selanjutnya. Dan karena tahu lawan lihai sekali, diapun segera mengeluarkan jurus-jurus pukulan yang paling ampuh.

“Ehh? Berani kau menggunakan Hok-thian-hok-te (Membalikkan Langit dan Bumi) untuk membunuh aku? Hemm, kau harus dihajar!”

Memang Hok Boan telah menggunakan ilmu silat yang ampuh dari Go-bi-pai itu untuk menghadapi lawan tangguh ini. Akan tetapi, kembali lawannya telah mengenal ilmunya dan tiba-tiba, ketika kedua tangannya memukul ke arah kepala dan ke arah pusar dengan berbareng secara hebat sekali, dia merasa kedua tangannya itu bertemu dengan hawa pukulan yang merupakan benteng yang menghentikan gerakannya, dan sebelum dia tahu apa yang terjadi, wanita itu telah menampar punggungnya dari samping.

“Plakk!”

“Aughh...!” Hok Boan terguling roboh dan dari mulutnya dia muntahkan darah segar!

“Berani kau melukai suamiku?”

Teriakan ini keluar dari mulut Si Kwi yang baru saja datang. Si Kwi tadinya berada di dalam kamarnya, karena dia masih mendongkol sehabis cekcok sedikit dengan suaminya. Dia tahu bahwa Sin Liong tentu akan dihajar, akan tetapi diapun tidak mau sampai bentrok dengan suaminya hanya demi anak itu, dan memang dia juga tahu bahwa Sin Liong keras kepala dan bandel, mungkin perlu diberi sedikit hajaran pula. Maka dia diam saja di dalam kamarnya.

Akan tetapi ketika tiba-tiba dia mendengar jerit Lan Lan dan Lin Lin, dia terkejut dan cepat melompat keluar sambil membawa pedangnya. Jerit dua orang anak perempuan yang terdengar oleh ibu mereka itu adalah ketika mereka melihat Beng Sin dirobohkan oleh wanita tadi.

Ketika Si Kwi memasuki ruangan itu dan melihat Kim Hong Liu-nio, dia terkejut dan segera mengenal wanita itu karena wanita itu memang sama sekali tidak berubah semenjak dilihatnya untuk pertama kali sebelas tahun yang lalu. Akan tetapi ketika dia melihat wanita itu merobohkan Hok Boan, Si Kwi menjadi marah sekali. Tidak perduli wanita itu utusan Raja Sabutai, kalau kini mengganggu keluarganya, harus dilawannya. Maka dia sudah membentak marah dan menerjang wanita itu dengan pedangnya!

Ilmu pedang dari Si Kwi amat hebat. Dahulu dia adalah seorang ahli menggunakan siang-kiam, yaitu sepasang pedang. Akan tetapi, sejak tangan kirinya buntung, dia hanya mempergunakan pedang tunggal, akan tetapi dengan menguasai Ilmu Im-yang Lian-hoan-kun maka dia dapat memainkan pedang tunggalnya secara hebat. Apalagi karena Si Kwi terkenal dengan gin-kangnya sehingga dahulu dia pernah mendapat julukan Ang-yan-cu (Si Walet Merah) karena gerakannya yang amat cepat seperti walet terbang dan kegemarannya mengenakan pakaian merah. Maka kini serangannya terhadap Kim Hong Liu-nio juga hebat sekali.

Namun, wanita cantik itu menghadapi serangan ini dengan sikap tenang bahkan mulutnya berkata mengejek,

“Hemm, ilmu pedang apa ini yang kau pergunakan?”

Dengan amat mudahnya, Kim Hong Liu-nio mengelak. Akan tetapi ilmu pedang dan gerakan Si Kwi luar biasa cepatnya, tahu-tahu sinar pedangnya sudah menyambar lagi ke arah leher lawan dengan kecepatan tinggi.

“Bagus! Kiranya diambil dari Im-yang Lian-hoan-kun, ya?”

Wanita cantik itu tidak mengelak dari sambaran pedang yang mengancam lehernya, melainkan mengangkat sedikit tangan kirinya.

“Cringgg...!”

Tubuh Si Kwi tergetar dan terhuyung mundur. Pedangnya hampir saja terlepas dari pegangannya ketika tadi tertangkis oleh lengan wanita itu, lengan kiri yang memakai gelang emas kecil-kecil belasan buah banyaknya. Gelang-gelang kecil inilah yang tadi menangkis pedang dan membuat Si Kwi terhuyung. Bukan main!

Maklum bahwa dia bukan tandingan wanita itu, melihat bahwa suaminya sudah tidak lagi mengalami luka parah, hatinya lega dan diapun menghentikan serangannya.

“Kenapa kau menyerang suamiku?” demikian tanyanya sebagai pembelaan diri telah berani menyerang wanita itu.

Dia teringat bahwa wanita ini adalah utusan Raja Sabutai, maka kalau saja tidak melihat wanita itu tadi merobohkan suaminya, dia akan berpikir panjang lebih dulu sebelum berani menyerangnya.

“Kouwnio, harap kouwnio suka memaafkan kami dan harap jangan mengganggu kami sekeluarga yang tidak mempunyai kesalahan terhadap kouwnio,” kini Hok Boan berkata karena dia maklum bahwa dia dan isterinya sama sekali tidak akan mampu menghadapi wanita ini.

Pula, memusuhi utusan Raja Sabutai sama saja dengan membunuh diri karena mereka berada di daerah kekuasaan raja liar itu. Maka lebih baik mengalah dan melupakan penghinaan tadi, bersikap merendah.

Kim Hong Liu-nio kembali memandangi mereka itu satu demi satu dengan sinar matanya yang tajam dan dingin mengerikan. Lalu katanya, seperti tadi, lirih dan satu-satu namun penuh desakan dan ancaman,

“Siapakah orang she Cia?”

Si Kwi terkejut mendengar pertanyaan ini.
“Orang she... Cia...? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu, kouwnio?” tanyanya dengan wajah berubah pucat.

Kim Hong Liu-nio memandang kepadanya dengan sinar mata tajam penuh selidik, sinar mata yang seolah-olah hendak menjenguk ke dalam isi hati wanita itu.

“Nyonya buntung, siapakah orang she Cia disini?” tanyanya, suaranya penuh ancaman.

Dalam keadaan biasa, tentu Si Kwi akan marah disebut nyonya buntung. Akan tetapi pada saat itu, disebutnya she Cia membuat jantungnya berdebar tegang sehingga dia tidak memperdulikan sebutan itu.

“Aku tidak tahu, disini tidak ada yang she Cia!” jawabnya tegas.

Sejenak Kim Hong Liu-nio beradu pandang dengan Si Kwi, kemudian wanita cantik itu menoleh kepada Kui Hok Boan, dengan suara seperti tadi, suara yang menyeramkan itu, dia mengajukan pertanyaannya kepada sasterawan itu,

“Siapakah orang she Cia disini?”

Hok Boan cepat menggeleng kepalanya.
“Tidak ada... tidak ada yang she Cia!” jawabnya dengan suara tegas pula.

Juga kepada laki-laki ini, Kim Hong Liu-nio memandang dengan tajam. Kemudian dia menoleh kepada Lan Lan yang memandangnya dengan mata terbelalak.

“Adik manis, siapakah orang she Cia di sini?”

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: