***

***

Ads

Senin, 17 April 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 224

Sementara itu, Pangeran Ceng Han Houw sudah dapat menenangkan dirinya kembali. Dia menarik napas panjang lalu berkata,

“Baiklah, Si-moi. Tentu saja permintaanmu itu amat pantas dan aku setuju sekali. Sekarang juga aku akan perintahkan agar mereka itu dipulangkan ke rumah orang tua masing-masing!”

Ciauw Si sendiri kaget mendengar keputusan mendadak itu, akan tetapi sebelum dia sempat berkata-kata, pangeran itu telah memberi tanda tepukan tangan dan muncullah seorang pengawal dari pintu belakang. Biarpun seorang pengawal tadi sudah disuruh pergi meninggalkan ruangan itu, namun mereka itu siap siaga di luar ruangan, menjaga kalau-kalau sang pangeran memanggil mereka.

“Laporkan kepada kepala pengawal bahwa malam ini juga semua selirku harus disuruh pergi dari istana, dan boleh antarkan mereka pulang ke rumah orang tua masing-masing. Hadiah dan kerugian untuk mereka semua akan kukirim kemudian. Laksanakan perintah ini sekarang juga. Mengerti?”

Pengawal itu membelalakkan mata seolah-olah tidak mendengar dengan baik atau merasa ragu akan perintah yang dianggapnya aneh itu. Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi kekeliruan salah dengar yang mengakibatkan dirinya celaka, dia berdiri tegak dan mengulang,

“Paduka memerintahkan agar semua selir paduka malam ini juga dipulangkan ke rumah orang tua masing-masing, dan bahwa hadiah untuk mereka akan paduka kirimkan kemudian?”

“Benar. Lekas laksanakan sekarang juga!”

“Baik, pangeran!”

Pengawal itu lalu pergi meninggalkan ruangan itu setelah memberi hormat dan Ceng Hen Houw menoleh dengan senyum kepada kekasihnya, lalu memegang tangan kekasihnya dan digandengnya ke meja makan dan dipersilakannya dengan halus nona itu duduk.

“Sudah puaskah engkau sekarang?”

Ciauw Si tersenyum manis dan wajahnya berseri.
“Sungguh tak kuduga bahwa pangeran akan memenuhi permintaanku seketika. Aku girang dan berterima kasih sekali, pangeran. Kini aku tidak ragu-ragu lagi akan cinta kasihmu kepadaku.”

Mereka lalu makan minum sambil kadang-kadang saling berpandangan mesra. Ceng Han Houw berani mengambil keputusan demikian cepat tentang selir-selirnya bukan karena dia tidak sayang kepada selir-selirnya itu, sama sekali tidak. Dia adalah seorang yang amat cerdik. Dia tahu bahwa keadaannya pada waktu itu terancam, rahasianya mungkin sudah diketahui oleh kaisar. Dalam keadaan terjepit ini dia membutuhkan bantuan orang-orang pandai, kalau sewaktu-waktu dia akan turun tangan atau harus membela diri.

Dan Ciauw Si dalam hal ini jauh lebih berharga daripada para selirnya itu. Apalagi kalau diingat bahwa di belakang Ciauw Si ini berdiri keluarga Cin-ling-pai yang memiliki banyak orang sakti. Kalau dia dapat memperisteri Ciauw Si dan menarik keluarga Cin-ling-pai menjadi pembantu-pembantunya atau setidaknya menjadi sahabat-sahabat atau keluarga, tentu kedudukannya akan menjadi lebih kuat.






Dibandingkan dengan kemungkinan yang amat baik ini, apa artinya beberapa orang selir itu? Tentu saja dia merelakan selir-selirnya untuk kemungkinan yang jauh lebih menguntungkan itu.

Setelah mereka selesai makan dan sang pangeran memanggil pelayan membersihkan
meja, dia mengajak Ciauw Si duduk di dalam taman yang penuh bunga dan diterangi lampu merah, di dekat kolam ikan. Hawanya sejuk sekali di situ, dan sunyi.

“Nah, sekarang katakanlah, keperluan apakah yang hendak kau sampaikan kepadaku,
Si-moi?”

“Pangeran, kedatanganku ini selain hendak mengunjungimu seperti yang pernah kita janjikan ketika kita saling jumpa dahulu, juga untuk minta pertolonganmu. Engkau tentu telah mengetahui, pangeran, bahwa ibu kandungku, ayah tiriku, paman Cia Bun Houw dan juga bibi Yap In Hong, pendeknya semua keluarga Cin-ling-pai, oleh pemerintah dianggap sehagai pemberontak dan buruan.”

Pangeran Ceng Han Houw memang sudah menduga akan hal ini, maka dia tidak terkejut dan mengangguk sambil tersenyum, matanya penuh kagum memandang bibir yang sedang bicara tadi.

“Maka, aku mohon bantuanmu agar fitnah yang dijatuhkan atas diri keluarga kami itu dapat dicabut, agar keluarga kami yang semenjak dahulu tidak pernah memberontak itu dibebaskan dari tuduhan. Harap engkau suka membujuk kepada sri baginda kaisar agar bersikap dan bertindak bijaksana...”

Ciauw Si menghentikan kata-katanya karena dia melihat pangeran itu menarik napas dan menggeleng-geleng kepala. Jantungnya berdebar dan timbul kekhawatiran di dalam hatinya.

“Bagaimana, pangeran?” Dia mendesak.

“Ciauw Si moi-moi, agaknya engkau belum tahu akan kedudukanku. Dengarlah, aku hanyalah adik tiri dari kaisar, dan sejak kecil aku ikut ibu kandungku yang menjadi permaisuri Raja Sabutai. Biarpun aku diterima oleh mendiang ayah kandungku dan sampai sekarang aku dianggap pangeran di sini, namun diam-diam kaisar membenciku. Oleh karena itu, kalau aku menghadap kaisar dan mengusulkan agar keluarga Cin-ling-pai dibebaskan, bukan saja hal itu akan sia-sia, bahkan tentu kaisar akan memperoleh alasan untuk menangkap aku yang akan dituduhnya bersekongkol dengan pemberontak dan buruan. Kalau engkau menghadap, tentu engkau akan ditangkap pula. Tidak mungkinlah untuk mengharapkan aku dapat membujuk kaisar sampai berhasil.”

Mendengar penuturan ini, tentu saja Ciauw Si menjadi terkejut dan kecewa sekali. Seketika lenyap harapannya untuk dapat menyelamatkan keluarganya dengan perantaraan pangeran ini.

“Ah, lalu bagaimana baiknya...?” Dia berkata lirih.

Ceng Han Houw memegang kedua tangan gadis itu dan menggenggamnya.
“Si-moi, jangan khawatir. Aku masih mempunyai pengaruh besar di antara para pembesar di seluruh daerah. Akan dapat kuusahakan agar para pembesar daerah tidak lagi mengejar-ngejar keluargamu sebagai keluarga pemberontak. Akan tetapi, kita tidak mungkin dapat mengharapkan pengampunan dari kaisar lalim!”

“Pangeran...!” Ciauw Si terkejut mendengar kekasihnya itu menyebut kaisar lalim.

“Apalagi dia kalau bukan kaisar lalim? Ingat, selamanya keluarga Cin-ling-pai adalah keluarga gagah perkasa yang tidak pernah memberontak, bukan? Akan tetapi, kaisar lalim ini menuduh mereka sebagai pemberontak! Oleh karena itu, kita harus menentang dia, Si-moi! Jalan satu-satunya untuk menolong keluargamu, juga untuk menolong rakyat dari kelalimannya hanyalah dengan jalan menentangnya!”

“Tapi... tapi, pangeran... maaf, bukankah yang memusuhi keluarga Cin-ling-pai justeru adalah sucimu yang bernama Kim Hong Liu-nio dan gurumu yang bernama Hek-hiat Mo-li?”

Pangeran Ceng Han Houw menarik napas panjang dan menggeleng kepalanya.
“Engkau salah mengerti, Si-moi. Memang tentu saja bekas guruku itu, aku telah menjadi murid orang sakti lain sekarang. Hek-hiat Mo-li merupakan musuh dari keluarga Cin-ling-pai akan tetapi ia merupakan urusan pribadi antara Hek-hiat Mo-li dan
keluarga Cin-ling-pai. Dan kurasa suci Kim Hong Liu-nio hanyalah menjalankan tugas sebagai murid saja. Akan tetapi, kaisar lalim mempergunakan kesempatan itu untuk membonceng dan dengan pengerahan pasukan menyuruh suci dan subo itu untuk menyerang keluargamu! Tentu saja suci tidak berani membantah kehendak kaisar yang merupakan perintah. Jadi, yang menjadi biang keladi adalah kaisar lalim. Oleh karena itu harus kita tumpas dia!”

Dengan pandainya Ceng Han Houw memutarbalikkan kenyataan sehingga Ciauw Si yang merupakan seorang gadis kang-ouw yang jujur itu terpikat juga akhirnya. Hatinya
mulai menjadi panas kepada kaisar yang memusuhi keluarga Cin-ling-pai, yang menurut pangeran kekasihnya, merupakan golongan yang berbahaya bagi kerajaan!

“Bagi kaisar lalim, golongan-golongan yang tinggi ilmunya merupakan ancaman bahaya bagi keselamatan kerajaan, oleh karena itu dilakukan pembasmian besar-besaran. Dan semua ini adalah siasat yang diatur oleh Pangeran Hung Chih yang menjilat-jilat kepada kaisar. Bahkan aku mendengar kabar bahwa Pangeran Hung Chih sedang mengumpulkan orang-orang pandai yang dapat dibelinya untuk menghadapi aku.”

“Ahh...?”

“Akan tetapi jangan khawatir, Si-moi. Aku bukanlah Ceng Han Houw seperti yang kau jumpai beberapa bulan yang lalu. Aku telah mewarisi ilmu yang amat tinggi dan aku tidak akan mudah dikalahkan oleh siapapun juga di dunia ini. Maka, aku hendak mengadakan pertemuan besar dengan seluruh jagoan di dunia kang-ouw, untuk memilih jago nomor satu di dunia ini. Kalau aku bisa memenangkan kedudukan itu, tentu semua tokoh kang-ouw di dunia ini akan berpihak kepadaku dan kekuatanku menjadi makin besar. Setelah itu, barulah kita akan menghadapi kaisar lalim. Engkau tentu akan berpihak kepadaku, bukan?”

“Tentu saja, pangeran.” Lalu gadis itu mendesak. “Tentang keluargaku, bagaimana caramu untuk dapat menolong mereka?”

“Jangan khawatir, untuk sementara ini tidak akan ada pembesar yang berani mengusik mereka. Akan kutulis surat perintah kepada seluruh pembesar agar jangan ada yang mengganggu keluargamu. Surat itu boleh kau berikan kepada ibu kandungmu, dan memperlihatkan kepada setiap pembesar yang hendak mengganggu. Akan kubuat beberapa buah agar dapat kau bagi-bagi kepada mereka, dan percayalah, suratku itu akan merupakan jimat penyelamat yang ampuh. Ingat bahwa saat ini aku masih memegang kekuasaan tinggi sebagai orang kepercayaan kaisar!”

Bukan main lega dan girangnya rasa hati Ciauw Si mendengar ini. Juga ada rasa bangga bahwa pangeran itu, pria yang dikasihinya itu, ternyata mampu untuk menolong keluarganya,

“Ah, terima kasih, pangeran. Engkau sungguh baik hati sekali...”

Ceng Han Houw bangkit berdiri, pindah duduk di dekat gadis itu dan merangkulnya mesra,

“Si-moi, tentu saja aku baik kepadamu karena aku cinta padamu, Si-moi. Aku sudah membuktikan cinta kasihku kepadamu, akan tetapi apakah buktinya bahwa engkau cinta padaku?”

“Pangeran, bukti apakah yang kau kehendaki lagi? Aku sekarang berada dalam pelukanmu, maukah aku kalau aku tidak cinta padamu?”

Ceng Han Houw menciumnya dan untuk beberapa lama mereka berpelukan dan berciuman dengan curahan hati penuh kasih sayang.

“Si-moi...” Han Houw berbisik dengan napas agak memburu di dekat telinga kiri gadis itu. “Kalau engkau benar mencintaku... marilah engkau bermalam di dalam kamarku malam ini, sayang...”

Tiba-tiba tubuh yang tadinya lemas menyerah itu menegang dan Ciauw Si melepaskan
pelukan pangeran itu, menatap tajam di bawah sinar lampu merah. Sejenak mereka berpandangan dan terdengar pangeran itu berbisik,

“Maaf Si-moi, bukan maksudku untuk merendahkanmu, akan tetapi sungguh... aku cinta padamu, aku membutuhkanmu, dan dalam keadaan aku dimusuhi oleh kaisar seperti sekarang ini, kalau engkau pergi besok... entah kapan kita bertemu kembali, Si-moi... maka sebelum berpisah, aku ingin memiliki dirimu dulu... aku ingin engkau menjadi isteriku...”

“Pangeran, engkau tahu bahwa hal itu tidak boleh kita lakukan sebelum kita menikah. Aku harus memberitahukan ibuku, dan engkau harus mengajukan pinangan dulu. Baru kalau kita sudah menikah, aku akan menyerahkan jiwa ragaku kepadamu, pangeran. Engkau tahu bahwa aku mencintamu dan akan berbahagia sekali menjadi isterimu...”

“Akan tetapi, moi-moi, mana mungkin kita dapat melaksanakan pernikahan dalam waktu dekat-dekat ini, setelah engkau mengetahui keadaanku? Pernikahan antara kita tentu akan membuat kaisar menjadi semakin curiga dan tidak senang, karena engkau adalah puteri dari keluarga yang memusuhinya. Dan menghadapi perjuangan ini, belum tentu kalau aku akan keluar dengan selamat. Maka... tidak kasihankah engkau kepadaku? Tegakah engkau membiarkan aku setiap hari merindukanmu, Si-moi?”

Ceng Han Houw merayu dan kembali dia sudah memeluk gadis itu. Belaian, pelukan dan ciuman-ciuman pangeran itu memang sudah membuat Ciauw Si seperti mabuk, maka kini rayuan-rayuan pangeran itu membuat dia semakin bimbang. Dia hampir tidak dapat berkata-kata lagi dan tidak dapat menolak ketika pangeran itu kembali menciuminya, karena dia sendiri merasa seperti dibuai oleh keadaan yang amat membahagiakan perasaannya.

Akan tetapi ketika pangeran itu semakin berani dalam belaiannya, dia tersentak dan berbisik.

“Kita harus menikah dulu... harus menikah dulu...” dan Ciauw Si pun menangis!

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: